Pengertian Dakwah, Da’I dan Metode dalam
Berdakwah
Oleh: Mohammad Dodik Irawan, AF4
Pengertian Dakwah
Pengertian dakwah menurut bahasa; dakwah berasal
dari bahasa Arab yakni دعا– يدعوا – دعوة
(da’a - yad’u - da'watan). Kata dakwah tersebut merupakan ism
masdardari kata da’a yang dalam Ensiklopedia Islam diartikan
sebagai “ajakan kepada Islam. Kata da’a dalam al-Quran,
terulang sebanyak 5 kali, sedangkan kata yad’u terulang sebanyak 8
kali dan kata dakwah terulang sebanyak 4 kali.
Kata da’a pertama kali dipakai
dalam al-Quran dengan arti mengadu (meminta pertolongan kepada Allah) yang
pelakunya adalah Nabi Nuh as. Lalu kata ini berarti memohon pertolongann kepada
Tuhan yang pelakunya adalah manusia (dalam arti umum). Setelah itu, kata da’a berarti
menyeru kepada Allah yang pelakunya adalah kaum Muslimin.
Kemudian kata yad’u, pertama kali
dipakai dalam al-Quran dengan arti mengajak ke neraka yang pelakunya adalah
syaitan. Lalu kata itu berarti mengajak ke surga yang pelakunya adalah Allah,
bahkan dalam ayat lain ditemukan bahwa kata yad’u dipakai
bersama untuk mengajak ke neraka yang pelakunya orang-orang musyrik.
Sedangkan kata dakwah atau da’watan sendiri,
pertama kali digunakan dalam al-Quran dengan arti seruan yang dilakukan oleh
para Rasul Allah itu tidak berkenan kepada obyeknya. Namun kemudian kata itu
berarti panggilan yang juga disertai bentuk fi’il (da’akum)
dan kali ini panggilan akan terwujud karena Tuhan yang memanggil. Lalu kata itu
berarti permohonan yang digunakan dalam bentuk doa kepada Tuhan dan Dia
menjanjikan akan mengabulkannya.
Didin Hafidhuddin menyatakan pengertian dakwah,
yakni; pesan yang datang dari luar, sehingga langkah pendekatan lebih diwarnai
dengan interventif. Ceramah dalam arti sempit,
sehingga orientasi dakwah sering pada hal-hal yang bersifat rohani saja.
Menyampaikan dan hasil akhirnya terserah kepada Allah, akan menafikan
perencanaan, pelaksanan dan evaluasi dari kegiatan dakwah.
Berdasarkan pandangan tersebut, maka pengertian
dakwah menurut istilah adalah menyeru, memanggil, mengajak dan menjamu, dengan
proses yang berkesinambungan dan ditangani oleh para pengembangan dakwah. Hal ini dikarenakan Islam adalah
dakwah, artinya agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif
melakukan kegiatan dakwah.
Metode Dakwah
Metode
yang diajarkan dan dilakukan oleh Rasulullah SAW adalah dengan menggunakan
hikmah dan pelajarann yang baik. Hikmah adalah perkataan yang tepat, ttgas, dan
benar, yang dapat membedakan antara yang haq dan yang bathil. Aspek tepat dalam
hal ini berkaitan dengan penggunaan kabar gembira (basyiron) dan kubar
peringatan (nadziroh). Yang dimaksud dengan pelajaran yang baik dalam dakwah
adalah berdakwah dengan seluruh kepribaian.
Ada beberapa metode
dakwah yang dipakai secara umum oleh para da’I, diantaranya :
1.
Metode Ceramah
(Rhetorika Dakwah)
Ceramah
adalah suatu tehnik atau metode dakwah yang banyak diwarnai oleh ciri
karakteristik bicara oleh seseorang da’I atau mubaligh pada suatu aktivitas
dakwah, ceramah dapat pula bersifat propaganda, kampanye, berpidato, khutbah,
sambutan, mengajar dan sebagainya.
Metode
ceramah sebagai salah satu metode atau tehnik berdakwah tidak jarang digunakan
oleh para da’I atau pun para utusan Allah dalam usaha menyampaikan
risalahnya.
2.
Metode Tanya
Jawab
Metode
tanya jawab adalah penyampaian materi dakwah dengan cara mendorong sasarannya
(obyek dakwah) untuk menyatakan sesuatu masalah yang dirasa belum dimengerti
dan mubaligh atau da’I sebagai penjawabnya. Metode ini dimaksudkan untuk
melayani masyarakat sesuai kebutuhannya. Sebab dengan bertanya berarti orang
ingin mengerti dan dapat mengamalkannya.
Metode
tanya jawab ini bukan saja cocok pada ruang tanya-jawab, baik di radio maupun
media surat kabar dan majalah, akan tetapi cocok pula untuk mengimbangi dan
memberi selingan ceramah. Metode ini sering dilakukan Rasulullah S.A.W dengan
Jibril AS, demikian juga dengan para sahabat di saat tak dimengerti tentang
sesuatu dalam agama (sahabat bertanya kepada Rasulullah).
3.
Debat
(Mujadalah)
Mujadalah
selain sebagai dasanama (sinonim) dari istilah dakwah, dapat juga sebagai salah
satu metode dakwah. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat An Nahl ayat
125. berdasarkan firman Allah, berdebat patut dijadikan sebagai metode dakwah.
Namun perlu diketahui bahwa debat yang dimaksud di sini adalah debat yang baik,
adu argument dan tidaka tegang sampai pada pertengkaran.
Debat
sebagai metode dakwah pada dasarnya mencari kemenangan, dalam arti menunjukkan
kebenaran dan kehebatan Islam. Dengan kata lain debat adalah mempertahankan
pendapat dan ideologinya agar pendapat dan idiologinya itu diakui kebenarannya
dan kehebatannya oleh musuh (orang lain). Berdebat efektif dilakukan sebagai
metode dakwah hanya pada orang-orang (objek dakwah) yang membantah akan
kebenaran Islam.
4.
Percakapan Antar
Pribadi
Percakapan
pribadi atau individual conference adalah percakapan bebas antara seseorang
da’I atau mubaligh dengan individu-individu sebagai sasaran dakwahnya.
Percakapan pribadi bertujuan untuk menggunakan kesempatan yang baik di dalam
percakapan atau mengobrol untuk aktivitas dakwah.
5.
Metode
Demonstrasi
Berdakwah
dengan cara memperlihatkan suatu contoh baik berupa benda, peristiwa,
perbuatannya dan sebagainya dapat dinamakan bahwa seorang da’I yang
bersangkutan menggunakan metode demonstrasi. Artinya suatu metode dakwah di
mana seorang da’I memperlihatkan sesuatu atau mementaskan sesuatu terhadap
sasarannya dalam rangka mencapai tujuan dakwah yang ia inginkan.
Dalam
hal ini seorang da’i harus memiliki akhlak yang kokoh dan harus menjadi suri
tauladan bagi masyarakatnya.
1. Sifat-sifat yang
harus di miliki oleh Seorang Da’I antara lain :
1.iman dan taqwa kepada
Allah
Syarat
kepribadian sorang da’I yang terpenting adalah iman dan taqwa kepada Allah.
Oleh karena itu didalam membawa misi dakwah diharuskan terlebih dahulu
diri-sendiri dapat memerangi hawa nafsunya, sehingga diri pribadi ini lebih
taat kepada allah dan Rasulnya dibandingkan dengan sasaran dakwahnya.
2.Tulus ikhlas dan
tidak mementingkan kepentingan diri pribadi
Niat
yang lurus tanpa pamrih duniawiyah belaka, salah satu syarat mutlak ang harus
dimiliki seorang da’I. Sebab dakwah adalah pekerjaan yang bersifat ubudiyah
atau terkenal dengan hablullah,yakni amal perbuatan yang berhubungan dengan
Allah. Sifat ini sangat menentukan keberhasilan dakwah, misalnya ada dalam hati
ketika memberikan ceramah dengan adanya ketidak ikhlasan dalam memberikan
ceramah.
3.Ramah dan penuh
pengertian
Propaganda
yang dapat diterima orang lain, apabila yang mempropagandakan berlaku ramah,
sopan dan rigan tangan untuk melayani sasarannya, karena keramahan, kesopanan
dan keringan-tanganannya insya-Allah akan berhasil dakwahnya.
4.Tawadlu’ (rendah
diri)
Rendah
diri hati bukan semata-mata merasa dirinya terhina dibandingkan dengan derajat
dan martabat orang lain, akan tetapi seorang da’I yang sopan, tidak sombong dan
tidak suka menghina dan mencela orang lain.
5.Sederhana dan jujur
Sederhana
bukanlah berarti didalam kehidupan sehari-hari selalu ekonomis dalam memenuhi
kebutuhannya, akan tetapi sederhana disini tidak bermegah-megahan, angkuh dan
sebagainya, sedangkan kejujuran adalah orang yang percaya akan ajakannya dan
dapat mengikuti ajakan dirinya.
6. Tidak memiliki sifat
egoisme
Ego
adalah watak yang menonjolkan akunya, angkuh dalam pergaulan merasa dirinya
terhormat, lebih pandai, dan sebagainya. Sifat inilah yang harus dijauhi
betul-betul oleh seorang da’I .
7.Sifat semangat
Semangat
berjuang harus dimiliki oleh da’I, sebab dengan sifat ini orang akan trerhindar
dari rasa putus asa, kecewa, dan sebagainya.
8.Sabar dan tawakal
Dalam
melaksanakan dakwah mengalami beberapa hambatan dan cobaan hendaklah sabar dan
tawakan kepada Allah.
2. Sikap yang harus di
miliki oleh Seorang Da’I antara lain :
1.
Berakhlak mulia
Berbudi
pekerti yang baik (akhlaqul karimah) sangat mutlak yang harus dimiliki oleh
seorang da’I . Bahkan prof. DR. hamka pernah mengatakan bahwa “alat dakwah yang
sangat utama ialah akhlak”.
2.
Hing ngarsa
asung tuladha, hing madya mangun karsa, tutwuri handayani.
Pendapat
Ki Hajar Dewantoro Bapak Pendidikan Indonesia itu harus pula dimiliki seorang
da’I. Hing ngarsa asung tuladha; artinya seorang Da’i yang merupakan orang
terkemuka di tengah-tengah masyarakat haruslah dapat menjadi tauladan yang baik
bagi masyarakat. Hing madya mangun karsa; artinya bila di tengah-tengah massa,
hendaknya dapat memberikan semangat, agar mereka senantiasa mengerjakan,
mengikuti segala ajakannya. Selanjutnya tutwuri handayani; artinya bila
bertempat di belakang, mengikutinya, dengan memberi bimbingan-bimbingan agar
lebih meningkatkan amalannya.
3.
Disiplin dan
bijakasana
Disiplin
dalam artian luas sangat diperlukan oleh seorang da’I dalam mengemban tugasnya
sebagai muballigh. Begitupun bijaksana dalam menjalankan tugasnya sangat
berperan di dalam mencapai keberhasilan dakwah.
4.
Wira’i dan
berwibawa
Sikap
yang wira’I menjauhkan perbuatan-perbuatan yang kurang berguna dan mengindahkan
amal shaleh, salah satu hal yang dapat menimbulkan kewibawaan seorang da’i.
sebab kewibawaan merupakan faktor yang mempengaruhi seseorang akan percaya
menerima ajakannya.
5.
Tanggung jawab
Tanggung
jawab merupakan hal penting yang harus dimiliki seorang da’I, tanggung jawab
disini maksudnya pesan yang disampaikan da’I tersbut dapat di uji kebenarannya.
6.
Berpandangan
luas
Seorang
da’I dalam menentukan starategi dakwahnya sangat memerlukan pandangan yang
jauh, tidak fanatik terhadap satu golongan saja dan waspada dalam menjalankan
tugasnya.
Tujuan
Dakwah
1.Memanggil manusia
kepada syariat untuk memecahkan persoalan hidup, baik persoalan hidup
perorangan ataupun rumah tangga, berjamaah, bermasyarakat, bersuku-suku,
berbangsa-bangsa dan bernegara.
2.Memanggil manusia
kepada fungsi hidup sebagai hamba Allah Swt di muka bumi, menjadi pelopor,
pengawas, pemakmur, pembesar kedamaian bagi umat manusia.
3.Memanggil manusia
kepada tujuan hidup yang hakiki yaitu menyembah Allah Swt. sebagai satu-satunya
zat Pencipta.
Tujuan akhir dari
dakwah adalah mengembalikan manusia agar menyembah Allah semata.
Objek Dakwah
Objek dukwah adalah
seluruh umat manusia.
Manusia
sebagai objek dakwah dapat digolongkan menurut Manusia sebagai objek dakwah
dapat digolongkan menurut klasnya masing-masing serta menurut lapangan
kehidupannya. Akan tetapi menurut pendekatan psikologis, manusia hanya bisa
didekati dari tiga sisi, yaitu sebagai makhluk individu, makhluk sosial dan
makhluk ber-Ketuhanan Manusia sebagai makhluk individu memiliki tiga macam
kebutuhan hidup yang hams dipenuhi secara seimbang, yaitu:
1. Kebutuhan kebendaan (material). Pemenuhan
aspek ini akan memberikan kesenangan bagi hidup manusia.
2. Kebutuhan kejiwaan (spiritual). Pemenuhan
aspek ini akan memberikan ketenangan, ketenteraman dan kedamaian dalam
batinnya, dan
3.
Kebutuhan kemasyarakatan (sosial). Pemenuhan aspek ini akan membawa kepuasan
bagi hidup manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia hams hidup bersama
kelompolcnya, bersatu dan bergaul dengan yang lain.
Daftar Pustaka
Dermawan, Andy. Metodologi Ilmu
Dakwah. LESFI. Ypgyakarta. 2002
Kusnawan, Aep. Komunikasi Penyiaran Islam.
Benag Merah Press. Bandung. 2004
Syukir, Asmuni. Dasar-dasar Strategi Dakwah
Islam. Al-Ikhlas. Surabaya. 1983
Tasmara, Toto. Komunikasi Dakwah. Gaya Media
Pratama.Jakarta.1997
3 komentar:
mantaps pak ustadz, ijin meresume ya buat tugas, thanks.
http://totaltren.blogspot.com/2014/10/makalah-pendidikan-agama-1.html
adakah pengertian yang lainya tentang dai
bagus gan
Posting Komentar