Metode
Dakwah Kontemporer Para Dai di Indonesia
Oleh : Zain Rahmatika Murni
Mahasiswa Fk. Ushuluddin 4, Program Studi Perbandingan
Agama
Institut Studi Islam Darussalam Gontor
Pendahuluan
Manusia
hidup di dunia ini diciptakan oleh Allah untuk saling berinteraksi. Dengan
dilengkapi kemampuan indera, yang masing-masing dimiliki oleh manusia, sehingga
mampu memahami dan menyampaikan maksud keinginannya. Itulah wujud komunikasi
yang Allah ta’ala ciptakan untuk umat manusia sehingga antar manusia terdapat
kesenjangan sosial dan toleransi dalam bergaul. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, komunikasi memiliki arti sebagai pengiriman dan penerimaan pesan
atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat
dipahami. Komunikasi bisa juga berarti hubungan atau kontak.
Allah telah memberikan naluri kepada manusia
dalam berkomunikasi. Komunikasi yang baik adalah pemahaman atau tersampainya
maksud dan inti pesan dari seorang komunikator dengan komunikan baik individu
maupun kelompok. Seorang manusia biasanya senang apabila dihormati, untuk
menjadikan terhormat itu perlu adanya sebuah toleransi dan kesenjangan. Maka,
dalam komunikasi perlu adanya tata karma berkomunikasi. Berbicara kepada sesama
kawan berbeda dengan berbicara kepada orang tua. Berbicara kepada adik kelas
berbeda dengan berbicara kepada guru. Berbicara dengan profesor pun berbeda
dibandingkan berbicara kepada kyai. Semua memiliki aturan dan tata karma.
Kepada yang lebih muda hendaknya memakai bahasa biasa dan tetap menjaga
kesopanan, dengan tidak memanggil namanya dengan mengejek, misalnya. Kemudian
kepada orang yang lebih tua, hendaknya memakai bahasa yang lebih sopan daripada
kepada sesama kawan atau kepada adik kita.
Indonesia
ini memiliki tatanan tata karma yang lebih baik daripada Negara Barat, dalam
berkomunikasi. Dari bermacam suku yang banyak di Negara ini, sebagian memiliki
karakteristik bahasa dalam berkomunikasi dengan berbagai elemen dan tingkatan
manusia. Sebagai contoh, dalam suku Jawa, untuk memanggil “kamu” kepada teman
sebaya atau yang lebih muda usianya cukup memanggil dengan “kowe” atau “awakmu”.
Sedangkan untuk yang usianya lebih tua dari kita, tetapi belum menjadi orang
tua, atau kakak-kakak kita, kita panggil dengan “sampeyan”. Dan untuk
orang tua, atau orang-orang yang sudah berumur, kita memanggil mereka dengan “panjenengan”.
Dalam suku lain pun banyak karakteristik masing-maisng dalam berkomunikasi.
Islam
memberikan ajaran tata karma yang indah dalam komunikasi perbuatan. Islam
mengajarkan kepada anak untuk menghormati orang tua, untuk istri harus
menghormati suami, untuk guru harus menyayangi muridnya, dan untuk pemimpin
harus melindungi rakyatnya. Semua itu termaktub dalam ajaran Islam. Rasulullah
telah menjadi ‘guru’ dalam berkomunikasi dan berinteraksi. Komunikasi
Rasulullah dengan para sahabat, menjadikan indahnya komunikasi dalam Islam, dimana
semua orang saling menghormati dan menghargai. Rasulullah memiliki tutur kata
yang santun, sehingga siapapun yang dekat dengan beliau akan betah mendengar
petuah-petuah beliau.
Hubungan antara Komunikasi dengan Dakwah
Unsur-unsur
dalam komunikasi dan dakwah memiliki kesamaan antara keduanya. Dalam
komunikasi, yang merupakan faktor-faktor agar bisa menjadi sebuah komunikasi,
yakni adanya komunikan, komunikator, objek komunikasi, sarana komunikasi, dan penagruh
atau hasil dari komunikasi. Sedangkan dalam dakwah, terdapat syarat dan
ketentuan untuk berdakwah dalam Islam. Antara lain adanya seorang da’i atau
pendakwah, adanya orang yang diseru atau diberikan dakwah, adanya materi-materi
dalam dakwah, kemudian metode yang diterapkan dalam dakwah, dan pengaruh
dakwah. Komunikasi terjadi antar manusia seluruhnya, sedangkan dakwah merupakan
komunikasi dari seorang pendakwah atau da’i kepada orang yang diseru dalam
berdakwah, dalam hal ini untuk memeluk agama Islam, atau untuk menjadi dan
memahami Islam dengan baik.
Pada
zaman Rasulullah SAW, beliau sudah mencontohkan sebuah komunikasi dan
interaksi. Komunikasi dan interaksi beliau memukau seluruh sahabat, bahkan
seluruh manusia yang memiliki hati dan perasaan. Dan bahkan malaikat pun
terpana dengan kemuliaan akhlak manusia ini. Interaksi yang beliau lakukan
tidak sebatas antar sahabat, tetapi untuk musuh pun beliau tetap santun. Dalam
riwayat, dikisahkan ketika beliau akan berangkat ke masjid untuk melaksanakan
shalat subuh, tiba-tiba beliau dilempar dengan kotoran unta. Diperlakukan
seperti ini, Rasulullah kembali pulang dan membersihkan bajunya. Begitu terus
beliau dilempari setiap pagi. Hingga suatu pagi, orang itu tidak melempari
lagi. Rasulullah kemudian bertanya kepada orang di daerah itu, kemana gerangan
orang yang suka melempari Rasulullah dengan kotoran unta itu. Ternyata orang
itu sedang sakit. Sungguh diluar nalar, setelah Rasulullah diperlakukan seperti
itu, beliau malah menjenguk orang itu. Bahkan beliau adalah orang pertama yang
menjenguk orang tersebut. Sungguh mulia kepribadian beliau!
Inilah
ajaran interaksi dalam Islam. Islam mengajarkan untuk membalas sebuah perbuatan
baik dengan kebaikan yang setara atau yang lebih baik. Bukan malah mendendam
atau membalas kebaikan dengan keburukan. Komunikasi yang beliau lakukan
semuanya berisi kebaikan. Karena perkataan beliau sangat “sakral”. Karena
beliau ma’shum, sehingga beliau dijaga oleh Allah dari kesalahan. Ketika
terjadi kesalahan, beliau langsung ditegur oleh Allah. Oleh karena itu, segala
perkataan beliau menjadi pedoman hidup umat muslim. Hadits adalah segala
perkataan, perbuatan, dan tingkah laku Rasulullah, karena segala perbuatan
beliau merupakan wahyu, disamping beliau merupakan manusia biasa seperti
umumnya.
Komunikasi
yang baik menunjang dakwah menjadi baik pula. Seorang da’i harus memiliki lisan
yang fasih dan komunikasi yang lancar. Dengan komunikasi yang baik, maka orang
yang didakwahi akan memahami maksud dari dakwah tersebut. Komunikasi juga harus
aktif dari seorang da’i, karena setiap individu dan lingkungan masing-masing
orang berbeda-beda. Menceramahi penduduk yang mayoritas muslim berbeda dengan
yang minoritas muslim. Menceramahi orang kantoran, berbeda dengan para
pedagang. Memberitahu Islam kepada anak kecil berbeda dengan memahamkan Islam
kepada remaja. Hal ini perlu diperhatikan, untuk menunjang kesuksesan dakwah.
Beberapa Sifat Seorang Da’i yang Harus
Dimiliki
Da’i
bukanlah sebuah profesi layaknya seorang pedagang yang semua orang memiliki
potensi untuk bisa menekuninya. Da’i memiliki resiko dan konsekuensi tersendiri
bagi individu tersebut. Bukan seperti artis yang berpura-pura menjadi da’i,
kemudian ia dipanggil dengan sebutan ustadz. Padahal, ia membina dirinya
sendiri saja belum terlalu bisa, bahkan keluarganya sendiri kurang
diperhatikan. Ahwal seperti ini bukanlah cerminan seorang da’i.
Setidaknya ada beberapa
sifat yang harus dimiliki seorang pendakwah. Dalam makalah ini akan kami
sebutkan beberapa. Yang pertama adalah keharusan memiliki ilmu. Tidak mungkin
seorang da’i mengajari orang lain, tetapi ia tidak mengerti apa yang ia
jelaskan dan ia serukan. Secara logika, seseorang yang ingin mengajak orang
lain untuk berbuat kebaikan, maka orang itu harus memiliki derajat yang lebih
tinggi, atau ia harus melakukan kebaikan itu terlebih dahulu. Firman Allah SWT
dalam al-Qur’an al-Karim, “Allah meninggikan derajat orang yang beriman
diantara kamu, dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan agama (dari
kalangan kamu) beberapa derajat.” (QS. al-Mujadilah: 11).
Sifat lain yang harus
dimiliki adalah sifat arif. Arif bisa diartikan sebagai sikap mengendalikan
jiwa dan watak ketika gejolak amarah muncul. Manusia itu harus menghiasi
dirinya dengan sifat kearifan dan mampu mengendalikan diri dan bersama dengan
orang yang benar, maka orang tersebut berada dalam keutamaan. Terdapat hubungan
antara sifat arif dan sifat menahan amarah. Yaitu bahwa sesungguhnya seseorang
yang diklaim arif itu, pada mulanya bisa menahan gejolak amarahnya. Tentu hal
ini memerlukan usaha yang keras, sebab di dalam sikap penahanan diri tersebut,
terdapat penyembunyian, pertentangan dan pengendalian. Apabila hal yang
demikian sudah tertanam di dalam jiwa seseorang dan kemudian telah menjadi
salah satu tabiat jiwanya, maka itulah kearifan.[1]
Sifat lainnya adalah
perlunya memiliki sikap kemantapan dan kematangan. Sikap kematangan memberikan
peluang untuk dapat menyelesaikan segala permasalahannya, serta meletakkan
segala sesuatu pada tempatnya. Kemantapan merupakan salah satu dari asas
hikmah. Sebaliknya, sikap yang tergesa-gesa akan menghantarkan seseorang kepada
kesalahan, kegagalan, ketergelinciran dan keraguan, kemudian akan membawanya
kepada kemundurannya dan keinginan sebelumnya. Allah SWT berfirman kepada Nabi
SAW untuk memberikan pendidikan dan pelajaran kepadanya tentang ketenangan dan
kemantapan, “Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) al-Qur’an
karena hendak cepat-cepat (menguasainya). Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah
mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu) pandai membacanya. Apabila Kami
telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaan itu. Kemudian, sesungguhnya
atas tanggungan Kamilah penjelasannya.” (QS. al-Qiyamah: 16-19).[2]
Kemudian sifat yang
lainnya adalah ramah, lemah lembut, dan sabar. Selain itu penting juga bagi
seorang da’i memiliki sifat ikhlas dan jujur. Kemudian yang terpenting adalah
memiliki akhlak yang baik. Akhlak yang baik dalam menjalankan dakwah di jalan
Allah adalah merupakan hal yang amat penting, ibadah yang paling agung dan
kewajiban yang paling utama yang hendaknya dimiliki oleh para da’i. Para da’i
dituntut untuk memperlihatkan akhlak baiknya kepada orang lain dan
menerapkannya kepada diri mereka dalam segala bidang demi tercapainya hasil
yang baik bagi kehidupan masyarakatnya, sebagaimana keberhasilan yang pernah
dicapai pada masa awal-awal Islam.
Para Da’i Indonesia
A. Almarhum
KH. Zainuddin MZ, Sang Da’i Sejuta Umat
Terlahir denga nama
Zainuddin Muhammad Zein. Beliau adalah da’i kondang asal betawi. Bakatnya
tumbuh sejak beliau masih kecil. Beliau lahir pada tanggal 02 Maret 1952, di
Jakarta. Zainuddin merupakan anak tunggal buah cinta pasangan
Turmudzi dan Zainabun dari keluarga Betawi asli. Sejak
kecil memang sudah nampak mahir berpidato. Udin -nama panggilan keluarganya-
suka naik ke atas meja untuk berpidato di depan tamu yang berkunjung ke rumah
kakeknya. ‘Kenakalan’ berpidatonya itu tersalurkan ketika mulai masuk Madrasah
Tsanawiyah hingga tamat Madrasah Aliyah di Darul
Ma’arif, Jakarta. Di sekolah ini ia belajar pidato dalam forum Ta’limul
Muhadharah (belajar berpidato). Kebiasaannya membanyol dan mendongeng terus
berkembang. Setiap kali tampil, ia memukau teman-temannya. Kemampuannya itu
terus terasah, bersamaan dengan permintaan
ceramah yang terus mengalir.[3]
Kemudian beliau mulai
merambah ke dunia politik. Beliau masuk ke dalam tubuh PPP (Partai Persatuan
Pembangunan). Alasan beliau masuk ke ranah politik adalah karena beliau
penasaran mengapa
partai berbasis Islam tidak memenangkan pemilu. Ketika beliau baru masuk,
karena popularitasnya, beliau dengan cepat bisa langsung menempati posisi salah
satu ketua DPP. Sebelum masuk DPP, beliau sudah menjadi pengurus aktif PPP,
yakni menjadi anggota dewan penasihat DPW DKI Jakarta. Lebih jauh lagi, berkat
kelihaiannya mengomunikasikan ajaran agama dengan gaya tutur yang luwes, sederhana,
dan dibumbui humor segar, partai yang merupakan fusi beberapa partai Islam itu
jauh-jauh hari (sejak Pemilu 1977) sudah memanfaatkannya sebagai vote-getter.
Bersama Raja Dangdut Rhoma Irama, KH. Zainuddin MZ berkeliling
berbagai wilayah mengampanyekan partai yang saat itu bergambar Ka’bah (sebelum
berganti gambar bintang). Hasil yang
diperoleh sangat signifikan dan memengaruhi dominasi Golkar. Tak ayal,
kondisi itu membuat penguasa Orde Baru waswas. Keterlibatannya
dalam PPP tidak bisa dilepaskan dari guru ngajinya, KH Idham Chalid. Sebab,
gurunya yang pernah jadi ketua umum PBNU itu salah seorang deklarator PPP. Pada
20 Januari 2002, KH. Zainudiin MZ bersama rekan-rekannya mendeklarasikan PPP Reformasi yang kemudian berubah nama menjadi
Partai Bintang Reformasi dalam Muktamar Luar Biasa pada 8-9 April 2003 di
Jakarta. Beliau juga secara
resmi ditetapkan sebagai calon presiden oleh partai
ini. Beliau menjabat
sebagai ketua umum Partai Bintang Reformasi hingga tahun 2006, kemudian digantikan oleh Bursah Zarnubi.
Julukan yang beliau
sandang, yaitu “Da’i Sejuta Umat”. Hal tersebut dikarenakan ceramahnya
sering dihadiri puluhan ribu ummat, disamping itu ceramahnya menembus segala lapisan
masyarakat. Suami Hj. Kholilah ini semakin dikenal masyarakat ketika
ceramahnya mulai memasuki dunia rekaman. Kasetnya beredar bukan saja di seluruh
pelosok Nusantara, tapi juga ke beberapa negara Asia. Sejak itu, da’i yang
punya hobi mendengarkan lagu-lagu dangdut ini mulai
dilirik oleh beberapa stasiun televisi. Bahkan dikontrak oleh sebuah biro
perjalanan haji yang
bekerjasama dengan televisi swasta bersafari bersama artis ke berbagai daerah
yang disebut "Nada dan Dakwah". Pada hari Selasa, 5 Juli 2011, beliau menghembuskan nafas
terakhirnya, dan berpulang ke hadirat Ilahi Rabbi. Beliau meninggal pada pukul
10.15 WIB di RSPP, KH. Mahdi yang merupakan kerabat dekat almarhum memberitahu
perihal tersebut.[4]
Beliau merupakan da’i Indonesia yang cukup berhasil. Dengan
dakwahnya, beliau mampu menasehati rakyat dan mampu menegur pejabat. Kesuksesan
yang beliau raih, tentunya dengan komunikasi yang baik kepada para audience,
sehingga ceramahnya didengar banyak orang, bahkan kasetnya kala itu banyak
dicari. Beliau pernah berceramah di depan orang sealun-alun, saking banyaknya
itulah akhirnya julukan “Da’i Sejuta Umat” ini semakin melekat.
B. Ustadz
Yusuf Mansur, Sukses dengan Sedekah
Beliau terkenal dengan
julukan ustadz sedekah. Terkadang lebih dikenal dengan panggilan ustadz YM,
karena beliau pernah mengisi acara “Chatting dengan YM” pada salah satu
televisi swasta, selama bulan Ramadhan. Beliau lahir di Jakarta, tanggal 19 Desember 1976 dari pasangan
Abdurrahman Mimbar dan Humrif’ah. Terlahir menjadi anak pertama dari lima
bersaudara, dan berasal dari keluarga Betawi yang berkecukupan, Namun beliau
sangat dimanja orang tuanya. Lulusan terbaik Madrasah Aliyah Negeri 1 Grogol,
Jakarta Barat, tahun 1992 ini pernah kuliah di jurusan Informatika namun
berhenti ditengah jalan karena lebih suka balapan motor. Kini, ustadz Yusuf
Mansur telah menikah dengan Siti Maemunah dan telah dianugerahi empat orang
anak. Bahkan anak yang keempat lahir pada tanggal 17 Agustus selisih beberapa
jam dengan cucu pertama Presiden SBY. Saat ini beliau menjadi pimpinan pondok
pesantren Darul Qur’an, Bulak Santri Cipondoh Tangerang dan memimpin pengajian
Wisata Hati.[5]
Perjalanan hidup beliau benar-benar from zero to hero,
mungkin layak dijadikan salah satu tokoh perubahan. Di usia yang masih muda
beliau sudah terjun dalam dunia bisnis, Namun sayang bisnisnya kandas dan
menyebabkan hutang miliaran rupiah. Akibat hutang tersebut, Ustad Yusuf
mendekam didalam penjara selama 2 bulan. Setelah bebas, Ustad Yusuf kembali
mencoba berbisnis kembali namun gagal dan terlilit utang yang lebih besar lagi
dan akhirnya Ustad Yusuf kembali masuk penjara untuk yang kedua kalinya.
Sebelum beliau masuk penjara, beliau meminta izin kepada polisi untuk
mendirikan shalat dua rakaat. Setelah melaksanakan shalat dua rakaat, beliau
membaca al-Qur’an. Dengan kuasa-Nya, surat yang beliau buka menuntun beliau
untuk berlaku jujur, dan meninggalkan bisnis yang tidak jujur tersebut.
Akhirnya beliau masuk kedalam penjara. Dan di dalam penjara
beliau berhasil menghafal beberapa juz. Setelah bebas dari penjara, beliau
memulai semuanya dari nol. Beliau memulai bisnisnya dengan berjualan es di
sekitar terminal kalideres. Dari ketekunan, keuletan serta ilmu sedekah yang
diyakininya, bisnis ustadz Yusuf Mansur terus berkembang, dari yang awalnya
menggunakan termos beralih ke gerobak dan mempunyai banyak anak buah. Awal sukses
perjalanan karier ustadz Yusuf Mansur dimulai dari perkenalannya dengan sebuah
LSM. Selama di LSM itulah ustadz Yusuf Mansur meluncurkan buku pertamanya yaitu
Wisata Hati, Mencari Tuhan yang Hilang. Tanpa diduga, buku pertamanya itu,
mendapat sambutan yang luar biasa dari masyarakat. Berawal dari buku tersebut,
ustadz Yusuf Mansur kebanjiran order bedah buku dan sebagai penceramah agama.
Ditengah ceramahnya, ustadz yusuf Mansur selalu menyisipkan ilmu sedekah yang
disertai dengan berbagai keajaiban dan kisah nyata.
Melalui yayasan wisata hati yang dibentuknya, beliau juga
menyediakan layanan sms kun fayakun untuk memberikan jawaban atas permasalahan
yang ada. Ustadz Yusuf Mansur juga menggagas Program Pembibitan Penghafal al-Qur’an
(PPPA), sebuah program yang menyiapkan calon-calon penghafal al-Qur'an dan juga
menjadi ladang sedekah bagi keluarga besar wisata hati. Sasaran dakwah ustadz
Yusuf Mansur adalah sedekah. Beliau mengajak masyarakat untuk bersedekah.
Beliau menggambarkan sedekah itu menjadi kunci segala problem kehidupan, mulai
dari sulit melunasi hutang, ingin memiliki jodoh, ingin memiliki anak, hingga
urusan rumah tangga. Dengan pasangannya sedekah, yaitu shalat tahajud dan
shalat dhuha, beliau selalu menggembor-gemborkan dakwahnya.
Selain dakwah yang beliau lakukan dengan media ceramah,
beliau juga berdakwah dengan menulis dan menerbitkan buku. Buku-buku yang
beliau tulis pun mengajak para masyarakat untuk bersedekah. Disamping itu,
beliau pun berdakwah dengan membangun Program Penghafal al-Qur’an. Saat ini,
sudah banyak cabang PPPA yang beliau dirikan di seluruh Indonesia. Inilah usaha
beliau untuk menelurkan para hafidz al-Quran yang menjadi generasi
bangsa Indonesia. Dakwah yang beliau gencarkan tidak sebatas perkataan, tetapi
beliau juga giat dalam membangun karakter anak bangsa, dengan al-Qur’an.
0 komentar:
Posting Komentar