Sabtu, 08 Juni 2013

Proses dan Tahapan Dakwah Rasulullah SAW

Proses dan Tahapan Dakwah Rasulullah SAW
Oleh: Hafid Zurohman/TF 4

Pendahuluan
            Mempelajari thariqah (metode) dakwah Rasululloh berarti mempelajari seluruh perikehidupan Rasululloh Saw. Kehidupan Rasululloh adalah kehidupan dakwah, yakni kehidupan mengemban risalah Islam untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia secara kaffah serta perjuangan menghadapi segala bentuk pemikiran kufur dan kehidupan jahiliyyah.
Selama 23 tahun, Rasululloh berjuang dengan sungguh-sungguh tak kenal lelah, berdakwah terus-menerus, mengajak manusia kepada Islam dengan dakwah fikriyyah, dakwah siyasiyyah dan dakwah askariyyah.

Disebut dakwah fikriyyah karena Rasulalloh memulai dakwahnya dengan menyebarkan pemikiran berupa akidah, pandangan hidup, dan pemahaman Islam seraya mendobrak segala bentuk pemikiran, pandangan hidup sesat dan menghancurkan semua bentuk kepercayaan dan tradisi nenek moyang jahiliyyah. Disebut dakwah siyasiyyah karena pada dakwah ini Rasululloh mengarahkan umat pada terbentuknya suatu kekuatan politik sebagai pelindung dan pendukung agar dakwah dapat tersebar luas ke seluruh dunia. Dan disebut dakwah askariyyah karena dakwah dilancarkan juga melalui strategi dan taktik militer dalam jihad fi sabilillah, setelah Rasululloh mendapatkan kekuasaan di Madinah.
Rasululloh sukses dalam mengemban risalah, membina dan membentuk masyarakat Islam, mendirikan daulah serta menghimpun umat manusia yang sebelumnya terpecah belah dalam bentuk berbagai kabilah menjadi umat yang satu di bawah panji Islam.
Kesuksesan itu diraih bukan melalui perubahan moral atau kehidupan sosial-ekonomi terlebih dahulu meski hal itu juga diperlukan. Juga tidak melalui slogan-slogan sukuisme, kaumiyah atau ashobiyah. Keberhasilan dakwah Rasulalloh diawali dengan seruan akidah Islam yang mampu mengubah pemikiran, perasaan, perilaku dan pandangan hidup sehingga terwujud generasi sahabat yang mampu meneruskan risalah dakwah hingga tersebar ke seluruh pelosok dunia.
Dakwah yang hakiki sebagaimana dicontohkan oleh Rasulalloh saat ini telah berhenti semenjak runtuhnya daulah khilafah, terkoyak-koyaknya umat Islam yang semula utuh bersatu sebagai ummatan wahidatan menjadi berbagai bangsa dan negara yang berdiri sendiri-sendiri serta berhentinya penaklukan Islam (futuhat Islamiyyah). Tanpa daulah dan persatuan umat, Islam menjadi lemah yang pada mulanya kekuatan umat Islam sangat tangguh dan disegani oleh musuh-musuhnya.
Oleh karena itu, memahami sejarah dakwah Rasululloh secara keseluruhan mutlak diperlukan oleh setiap orang yang mengaku penerus risalah dakwah. Dengan cara ini kejayaan Islam insya Alloh akan dapat dicapai untuk yang kedua kalinya. Alloh lah yang menurunkan agama ini sebagai dien al-fitrah, maka Dia pula lah yang mengokohkan dan memenangkannya dari musuh-musuh Islam, sekalipun mereka sekuat tenaga berusaha melenyapkannya.
Agar lebih mudah dalam memahami serta mengambil pelajaran dari dakwah Rasululloh, di bawah ini akan dipaparkan langkah-langkah beliau menurut periode dakwahnya. Setelah itu, akan dipaparkan pula bagaimana meneladani thariqah dakwah Rasulalloh di masa sekarang.

Pembahasan
Dakwah, kata tersebut sudah membumi di kalangan masyarakat sekarang yang identik dengan penyampaian berita tentang keagamaan. Kata “dakwah” sendiri, secara etimologi (bahasa) berasal dari bahasa Arab دعوة يدع دعا  (da’a, yad’u, da’watan) yang berarti seruan, panggilan, undangan, atau do’a. Sedangkan pengertian secara terminologi, dakwah adalah mengajak manusia kepada jalan Alloh Swt. (sistem Islam) secara menyeluruh; baik dengan lisan, tulisan, maupun dengan perbuatan sebagai ikhtiar (upaya) muslim mewujudkan nilai-nilai ajaran Islam dalam realitas kehidupan pribadi (syahsiayah), keluarga (usrah) dan masyarakat (jama’ah) dalam semua segi kehidupan secara menyeluruh sehingga terwujud khairul ummah (masyarakat madani). (Drs. Endang AS,M.Ag., M.Si. ; Aliyudin, S.Ag., M.Ag., Dasar-dasar Ilmu Dakwah : 2009)
Kegiatan dakwah ini sudah ada sejak pada zaman Rasululloh Saw. hingga sekarang. Kegiatan dakwah yang dilakukan Rasululloh Saw. terbagi ke dalam dua periode, yakni periode Mekkah dan periode Madinah dan juga ada beberapa tahap metode dakwah yang dilakukan Rasululloh Saw. dalam mengemban misi untuk menyampaikan risalah Ilahi kepada umatnya. Berikut ini akan dipaparkan mengenai tahap-tahap dakwah Rasululloh Saw., yaitu sebagai berikut.
1. Periode Mekkah
Dalam periode ini, terdapat dua phase dakwah yang dilakukan Rasululoh Saw. selama di Kota Mekkah, yaitu secara sembunyi-sembunyi dan terang-terangan.
a. Dakwah Rasululloh Saw. secara Sembunyi-sembunyi
            Dakwah pada tahap ini berlangsung selama 3 tahun. Rasululloh Saw. melakukan dakwahnya ini tidak secara terbuka di masyarakat. Hal ini dilakukan untuk menghindari tindakan-tindakan buruk kaum Quraisy yang fanatik akan kemusyrikan. Dengan cara ini, Rasululloh Saw. melakukan pendekatan dakwahnya ini kepada orang yang memiliki hubungan kerabat atau kenal baik sebelumnya.
Adapun orang-orang yang pertama kali masuk Islam ialah istrinya Siti Khodijah binti Khuwailid r.a., Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsa (mantan budak Rasululloh dan anak angkatnya), Abu Bakar bin Abi Kufahah, Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash dan lainnya.
Ketika orang-orang yang menganut Islam lebih dari 3o orang, Rasululloh Saw. memilih rumah salah satu dari mereka, yaitu rumah al-Arqam bin Abi al-Arqam sebagai tempat pertemuan untuk melakukan pembinaan dan pengajaran.
Berdasarkan langkah dakwah ini, Jumhur Fuqaha berpendapat bahwa bila kaum muslimin berada pada posisi lemah, rapuh kekuatannya dan khawatir hancur binasa oleh kekuatan lawan, maka mereka wajib memelihara diri dan agamanya dengan cara melakukan dakwah secara sirriyah. (Fiqh Sirah, Dr. Ramadhan Al-Buthi :177)
Bila kita simpulkan pada tahap dakwah yang pertama ini, Rasululloh Saw. lebih berfokus pada pembinaan dan pengkaderan (marhalah tatsqif wa takwin) untuk memantapkan akidahnya, dalam pembentukan syakhsiyah Islamiyah, dan juga dalam pembentukan kelompok dakwah.
b. Dakwah Rasulloh Saw. Secara Terang-terangan
Tahap ini dilakukan Rasululloh Saw. beserta pengikutnya setelah mendapat perintah dari Alloh Swt., sebagaimana dalam firman-Nya :
ô¹$$sù $yÎ/ ãtB÷sè? óÚ̍ôãr&ur Ç`tã tûüÏ.ÎŽô³ßJø9$# ÇÒÍÈ
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang musyrik”. (QS. Al-Hijr : 94)
Dakwah pada tahap ini segera mendapat reaksi keras dari orang-orang kafir Mekkah. Siksaan dan penganiyayaan datang bertubi-tubi. Pada tahap ini, para pengikut Rasululloh sungguh-sungguh diuji sampai sejauh mana kualitas iman mereka setelah tiga tahun dibina mentalnya di Darul Arqom.
Dakwah Rasululloh Saw. pada tahap ini juga merupakan pertarungan pemikiran antara pemikiran jahiliyah dengan Islam, antara adat istiadat, budaya dan kepercayaan nenek moyang dan Islam. Hal ini tersurat pada ayat-ayat Makiyyah yang pada umumnya mengajak manusia untuk memikirkan kejadian alam semesta, agar meninggalkan kepercayaan nenek moyang. Contohnya, seperti dalam QS. Al-Zuhruf : 23-24.
Tahap dakwah ini berjalan selama 10 tahun dan rumah Rasululloh Saw. Menjadi pusat perhatian pengikut-pengikut beliau sebagai tempat menimba ilmu dan menerima wahyu. Pembinaan dan pengkaderan di Darul Arqam dilaksanakan secara selektif, intensif dan kontinyu dengan memilih pribadi-pribadi yang dinilai mampu mengemban dakwah.
Dakwah Rasul pun semakin gencar, ruang lingkupnya semakin luas dan sasarannya lebih ditujukan kepada jamaah di tempat-tempat ramai, seperti pasar, ka’bah di musim haji, di tempat-tempat orang melakukan thawaf dan lain-lain. Rasululloh pun mendatangi sekitar 14 kabilah sebagai media dakwahnya. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di pihak Kaum Quraisy bahwa mereka akan menerima dakwah dan menjadi pendukung Rasululloh serta mengadakan perlawanan kepada Kaum Quraisy. Bila itu terjadi, tentu akan merusak citra mereka di kalangan bangsa Arab, apalagi bila kepercayaan dan kebudayaan mereka dihinakan. Sebelum semuanya terjadi, akhirnya mereka mengutus Walid bin Mughirah, ‘Ash bin Wali, Aswad bin Muthalib, Ummayah bin Khalaf untuk menghadap Rasululloh dan menawarkan kerjasama ibadah dalam agama. Yakni, Kaum Quraisy akan menambah apa yang disembah Kaum Muslimin dan Kaum Muslimin harus bersedia menyembah apa yang disembah Kaum Musyrikin. Saat itu Alloh Swt. menurunkan Surat Al-Kafirun sebagai penolakan atas penawaran tersebut yang dibacakan Rasululloh kepada mereka. (Sirah Al-Halabiyah)
Pada tahap yang penuh rintangan ini, ruang gerak dakwah Rasululloh semakin sempit, hal ini dikarenakan orang-orang yang sangat Rasul cintai dan sebagai pelindung dakwah Rasul sudah tiada, yakni istrinya Siti Khadijah dan pamannya Abi Thalib. Karena itu, kemudian Rasululloh berusaha mencari pendukung di Kota Tha’if, tetapi tidak berhasil bahkan beliau disambut dengan penghinaan dan penganiyayaan fisik. Tahun-tahun tersebut merupakan saat-saat paling sulit bagi Rasululloh dan para pengikutnya. Kemana pun Rasululloh pergi, Abu Lahab dan kawan-kawannya selalu mengikuti dan mengatakan kepada kaum yang didatangi Rasululloh, bahwa ia adalah pendusta dan pembohong yang ingin mengubah agama nenek moyang mereka. Di tengah situasi itu, Rasululloh sering menyendiri, mengadukan persoalannya kepada Alloh Swt. hingga Alloh meng-Isra dan Mi’rajkan beliau (Rasululloh). Ini menumbuhkan kembali kekuatan dalam diri Rasululloh, bahwa kekuasaan Alloh meliputi segala sesuatu.
Pada saat musim haji, datanglah serombongan orang dari Suku Aus dan Khajraj dari Yastrib (Madinah). Kesempatan ini digunakan oleh Rasululloh untuk menyampaikan dakwah. Ketika rombongan ini mendengar ajakan Rasululloh, satu sama lain berpandangan sambil berkata :
“Demi Allah, dia ini benar-benar seorang Nabi yang dijanjikan orang-orang Yahudi kepada kami.”
Dengan sangat terbukanya mereka menerima dakwah Rasululloh saraya berkata :
“Kami tinggalkan kaum kami disana dan tidak ada pertentangan serta permusuhan antara kaum kami dengan kaum lain, mudah-mudahan Alloh Swt. mempertemukan mereka denganmu dan menerima dakwahmu, maka tidak ada lagi orang yang paling mulia darimu.” (Sirah Ibnu Hisyam I : 428)
Tahun kedua belas kenabian, 12 orang dai Madinah datang kepada Rasululloh Saw. dan masuk Islam. Mereka membai’at Rasululloh yang kemudian dikenal dengan Bai’ah Aqabah I, yang isinya :
“Tidak menyekutukan Alloh, tidak mencuri, tidak berzina dan tidak membunuh anak-anak kecil, tidak berbohong dan tidak menentang Rasululloh dalam perbuatan Ma’ruf.” (HR. Bukhari)
Sekembalinya mereka dari ibadah haji, Rasululloh mengutus Mush’ab bin Umair bersama mereka ke Madinah untuk mengajarkan Al-Qur’an dan hukum-hukum agama. Setelah semakin banyak penduduk Madinah masuk Islam, Mush’ab bin Umair mengirimkan surat kepada Rasululloh di Mekkah, memberitahukan tentang keinginannya untuk mengumpulkan mereka semua seperti kebiasaan penduduk Yahudi mengumpulkan anak dan isterinya pada hari sabtu (Hari Sabath). Rasululloh memberi izin, tapi harus dilakukan pada hari jum’at dan memerintahkan agar melakukan sholat dua rakaat apabila matahari telah condong.” (Sirah Al-Halabiyah II : 168)
Musim haji berikutnya, pada tahun ketiga belas kanabian, Mush’ab bin Umair kembali ke Mekkah bersama 75 orang Islam dan mereka melakukan bai’at kepada Rasululloh, dan bai’at ini dinamakan Bai’ah Aqabah II.
Isi Bai’ah Aqabah II ini pada dasarnya tidak berbeda dengan yang pertama, yakni mereka akan tetap berpegang teguh kepada Islam dan berjanji untuk patuh dan taat dengan ikhlas kepada agama Alloh serta meninggalkan larangan-Nya. Bedanya, pada Baia’ah Aqabah II ini ada isyarat tegas tentang kesediaan mereka untuk berjihad dan membela Rasululloh dengan jalan apapun dalam rangka menegakkan dakwah Islam. Selesai melakukan bai’at, Rasululloh Saw. menunjuk 12 orang untuk bertindak sebagai pimpinan masing-masing qabilah mereka. Abbas bin Ubadah, salah seorang dari mereka berkata kepada Rasululloh:
“Demi Alloh yang mengutusmu dengan benar, bila engkau mengijinkan, kami akan perangi Penduduk Mina besok pagi dengan pedang-pedang kami.”
Mendengar ini, Rasululloh menjawab :
“Kita belum diperintahkan untuk itu, dan lebih baik kembalilah kalian ke kendaraanmu masing-masing.” (Sirah Al-Halabiyah II : 176)
Dari jawaban Rasululloh seperti itu, jelaslah bahwa sebelum hijrah ke Madinah dan membangun negara disana, kewajiban jihad belum diperintahkan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dakwah Rasululloh dalam Periode Mekkah adalah dakwah dalam rangka memperkenalkan Islam melalui dakwah fikriyah, kemudian membina umat, mengatur barisan dan menyusun kekuatan untuk kemudian hijrah ke Madinah dan membangun Khilafah Islamiyah serta mengumumkan perang kepada orang-orang yang menentang dakwah Islam.
2. Periode Madinah
Dakwah Islam di Madinah telah tersebar sejak dua tahun sebelum Rasululloh hijrah. Kesediaan penduduk Madinah menerima kedatangan Rasululloh dan menyerahkan segala urusan mereka kepada beliau, merupakan awal tumbuhnya benih Khilafah Islam.
Hijrahnya Kaum Muslimin ke Kota Madinah merupakan awal mula tahap dakwah yang disebut Marhalah Tathbiq Ahkamul Islam (tahap pelaksanaan syari’at Islam) dengan diproklamasikannya Daulah Islamiyah sebagai pelaksana hukum dan sebagai pengemban risalah Islam ke segenap penjuru dunia dengan jihad fi sabilillah.
Ada beberapa hal yang dilakukan Rasululloh Saw. setibanya di Madinah dalam hijrahnya dari Kota Mekkah, diantaranya :
a. Membangun Masjid
            Pembangunan Mesjid mempunyai arti yang sangat penting bagi pembinaan masyarakat Islam, yang terdiri atas individu-individu muslim yang senantiasa berpegang teguh kepada akidah dan syari’at Islam, pancaran dan semangat kemasjidannya. Mesjid juga menjadi tempat pelepasan para prajurit ke medan perang dan tempat menyelesaikan semua urusan umat yang menyangkut ekonomi, sosial, hukum, dan lain sebagainya.
Masyarakat Islam sangat mementingkan persaudaraan atas dasar akidah Islam (ukhuwah Islamiyah) antara sesama warga masyarakat. Dan ini tidak akan terpenuhi secara maksimal melainkan dimulai dari masjid, tempat umat Islam bertemu muka dan bertukar informasi serta menjalin persaudaraan. Dengan cara itu lenyap dengan sendirinya tembok-tembok pemisah antara golongan kaya dan golongan miskin, golongan elit dan golongan bawah, warna kulit dan keturunan. Sistem Islam menghendaki adanya persamaan dan keadilan bagi seluruh umat. Mereka bertemu dalam satu barisan, berdiri tegak bersama-sama dihadapan Alloh Swt. Hal ini dapat menyingkirkan egoisme, menyuburkan rasa tolong menolong (ta’awun) dan saling menanggung atas dasar persaudaraan Islam yang terbina di Masjid.
b. Ukhuwah Islamiyah
Langkah kedua yang dilakukan Rasululloh Saw. adalah mempersaudarakan antara Kaum Anshor dan Kaum Muhajirin (Kaum Muslimin yang berhijrah dari Mekkah). Persaudaraan ini bukan sekedar slogan-slogan kosong tanpa makna, tetapi persaudaraan yang digambarkan Rasululloh Saw. ibarat satu tubuh, bila salah satu anggota tubuh tertimpa sakit maka anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit. Persaudaraan yang mendarah daging, mengalir dalam setiap umat sehingga lenyap sama sekali segala fanatisme golongan, suku bangsa dan ras. Persaudaraan yang sebenar-benarnya yang sebagaimana dilakukan Rasululloh tidak mungkin terwujud tanpa didasari akidah Islam.
“Dan Alloh lah yang mempersatukan hati mereka (orang-orang) yang beriman. Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, tetapi Alloh telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Anfal : 63)
Persaudaraan ini sebetulnya telah dilakukan Rasululloh Saw., yakni ketika mempersaudarakan Muhajirin sewaktu berada di Mekkah. Setelah hijrah, Kaum Muhajirin dan Kaum Anshor dipersaudarakan kembali di Madinah. Dengan demikian ikatan ukhuwah Islamiyah bertambah-tambah kuatnya, apalagi setelah dinaungi sebuah sistem Islam di bawah pimpinan Rasululloh Saw.
c. Menyusun Piagam Perjanjian (watsiqah)
Langkah ketiga yang dilakukan Rasulullah adalah menyusun piagam atau watsiqoh,yang menurut istilah sekarang adalah undang-undang dasar. Ibnu hisyam menyebutnya dustuur atau undang-undang Negara pemerintahan Islam yang pertama. Watsiqoh ini menyangkut hak dan kewajiban orang-orang non muslim yang tinggal dalam wilayah pemerintahan islam, hubungan antara daulah dengan masyarakat dan antara masyarakat dengan daulah. Dr. Mushafa Asy Syiba’i dalam bukunya “Siroh Nabawiyah Duruus Wa ‘Ibror” mengemukakan beberapa pokok isi watsiqah tersebut berikut ini:
1. Kesatuan umat islam tanpa mengenal perbedaan suku, bangsa dan ras.
2. Persamaan hak dan kewajiban bagi seluruh warga masyarakat.
3. Gotong royong dalam segala hal yang bukan untuk berbuat dzolim, dosa dan permusuhan.
4. Kompak dalam menentukan hubungan dengan musuh-musuh Islam.
5. Membangun masyarakat dalam suatu sistem yang sebaik-baiknya.
6. Melawan orang-orang yang menentang Negara dan membangkang sistemnya.
7. Melindungi orang yang ingin hidup berdampingan dengan orang Islam dan tidak boleh berbuat dzolim kepadanya.
8. Umat non-Islam bebas melaksakan agamanya. Mereka tidak boleh dipaksa masuk Islam dan tidak boleh diganggu harta bendanya.
9. Umat non-Islam harus ambil dalam pembiayaan daulah sebagaimana umat Islam.
10. Umat non-Islam harus saling bantu membantu dengan umat Islam untuk menolak bahaya yang akan mengancam Negara.
11. Umat non-Islam harus ikut membiayai perang apabila daulah dalam keadaan perang dengan Negara lain.
12. Umat Islam dan non-Islam tidak boleh melindungi musuh Negara dan orang-orang yang memusuhi Negara.
13. Warga Negara bebas keluar masuk wilayah Negara selama tidak merugikan Negara.
14. Setiap warga Negara tidak boleh melindungi orang yang berbuat dzolim.
15. Ikatan sesama anggota masyarakat didasarkan atas prinsip tolong-menolong untuk kebaikan dan ketaqwaan, tidak atas dosa dan aniaya.
Dasar-dasar tersebut tertunjang oleh dua kekuatan yaitu kekuatan spiritual yakni imannya masyarakat kepada allah dan keyakinan akan pengawasan dan perlindungan Allah bagi orang yang berbuat baik dan konsekuen. Kekuatan material yakni kepemimpinan Negara yang dipegang oleh Rasulullah saw.
d. Strategi Politik dan Militer
Dalam rangka penyebaran dakwah Islam keluar Madinah sekaligus mengumumkan kepada Bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain tentang berdirinya Daulah Khilafah Islamiyyah dengan kepala negara Rasululloh sendiri, maka diambil langkah-langkah selanjutnya setelah urusan dalam negeri terlaksana. Langkah-langkah tersebut ialah :
1. Mengirimkan surat kepada kepala-kepala Negara, pimpinan-pimpinan kabilah yang ada di sekitar Jazirah Arabia seperti Kaisar Ramawi, Kisra, Persia, Muqauqis dari Mesir dan yang lainnya untuk mengajak mereka masuk Islam.
2. Memaklumkan perang kepada orang-orang yang menentang dakwah Islam khususnya kaum Quraisy Mekkah dengan jalan menghadang kafilah-kafilah yang berhadang melewati kota Madinah dan sekitarnya seperti yang terjadi pada perang Badar.
3. Memerangi kabilah-kabilah yang mengkhianati perjanjian perdamaian bersama umat Islam seperti kabilah-kabilah Yahudi, seperti Bani Quraidhah, Bani Qunaiqa’ dan Bani Nadhir.
4. Menjadikan Khilafah Islam sebagai satu kekuatan yang disegani dan ditakuti oleh lawan-lawannya.

Kesimpulan
Tahap-tahap dakwah yang dilakukan Rasululloh Saw. terbagi menjadi 2 periode, yaitu periode Mekkah dan Periode Madinah. Tahapan Dakwah yang dilakukan Rasululloh pada Periode Mekkah terdapat beberapa tahapan, yaitu (1) secara sembunyi-sembunyi yang melingkupi pemantapan akidah, pembentukkan syakhsiyah Islamiyah, dan pembentukan kelompok dakwah; (2) secara terang-terangan yang melingkupi pertarungan pemikiran dan perjuangan politik. Sedang tahapan dakwah yang dilakukan Rasululloh pada periode Madinah, yaitu (1) membangun Masjid sebagai salah satu sarana dakwah; (2) dalam memupuk ukhuwah Islamiyah antara Kaum Muhajirin dan Kaum Anshor; (3) mengatur urusan masyarakat dengan syari’at Islam; (4) membuat perjanjian dengan warga nonmuslim; (5) menyusun strategi Politik dan Militer; (6) jihad fi sabilillah.
Referensi
http://rachmatfatahillah.blogspot.com/2011/10/tahapan-dakwah-nabi-muhammad.html
http://penumpasjalanan.multiply.com/journal/item/41
http://farchanbinadnan.blogspot.com/2009/12/dakwah-nabi-muhammad-makkah-madinah.html
AS, Enjang, Drs., M.Ag., M.Si., & Aliyudin, S.Ag., M.Ag., 2009. Dasar-dasar Ilmu Dakwah. Bandung : Widya Padjadjaran.

0 komentar:

Posting Komentar

Design by Abdul Munir Visit Original Post Islamic2 Template