Proses dan Tahapan
Dakwah Rasulullah SAW
Oleh: Hafid Zurohman/TF 4
Pendahuluan
Mempelajari
thariqah (metode) dakwah Rasululloh berarti mempelajari seluruh perikehidupan
Rasululloh Saw. Kehidupan Rasululloh adalah kehidupan dakwah, yakni kehidupan
mengemban risalah Islam untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia secara
kaffah serta perjuangan menghadapi segala bentuk pemikiran kufur dan kehidupan
jahiliyyah.
Selama
23 tahun, Rasululloh berjuang dengan sungguh-sungguh tak kenal lelah, berdakwah
terus-menerus, mengajak manusia kepada Islam dengan dakwah fikriyyah, dakwah
siyasiyyah dan dakwah askariyyah.
Disebut
dakwah fikriyyah karena Rasulalloh memulai dakwahnya dengan menyebarkan
pemikiran berupa akidah, pandangan hidup, dan pemahaman Islam seraya mendobrak
segala bentuk pemikiran, pandangan hidup sesat dan menghancurkan semua bentuk
kepercayaan dan tradisi nenek moyang jahiliyyah. Disebut dakwah siyasiyyah
karena pada dakwah ini Rasululloh mengarahkan umat pada terbentuknya suatu
kekuatan politik sebagai pelindung dan pendukung agar dakwah dapat tersebar
luas ke seluruh dunia. Dan disebut dakwah askariyyah karena dakwah dilancarkan
juga melalui strategi dan taktik militer dalam jihad fi sabilillah, setelah
Rasululloh mendapatkan kekuasaan di Madinah.
Rasululloh
sukses dalam mengemban risalah, membina dan membentuk masyarakat Islam,
mendirikan daulah serta menghimpun umat manusia yang sebelumnya terpecah belah
dalam bentuk berbagai kabilah menjadi umat yang satu di bawah panji Islam.
Kesuksesan
itu diraih bukan melalui perubahan moral atau kehidupan sosial-ekonomi terlebih
dahulu meski hal itu juga diperlukan. Juga tidak melalui slogan-slogan
sukuisme, kaumiyah atau ashobiyah. Keberhasilan dakwah Rasulalloh diawali
dengan seruan akidah Islam yang mampu mengubah pemikiran, perasaan, perilaku
dan pandangan hidup sehingga terwujud generasi sahabat yang mampu meneruskan
risalah dakwah hingga tersebar ke seluruh pelosok dunia.
Dakwah
yang hakiki sebagaimana dicontohkan oleh Rasulalloh saat ini telah berhenti
semenjak runtuhnya daulah khilafah, terkoyak-koyaknya umat Islam yang semula
utuh bersatu sebagai ummatan wahidatan menjadi berbagai bangsa dan negara yang
berdiri sendiri-sendiri serta berhentinya penaklukan Islam (futuhat
Islamiyyah). Tanpa daulah dan persatuan umat, Islam menjadi lemah yang pada
mulanya kekuatan umat Islam sangat tangguh dan disegani oleh musuh-musuhnya.
Oleh
karena itu, memahami sejarah dakwah Rasululloh secara keseluruhan mutlak
diperlukan oleh setiap orang yang mengaku penerus risalah dakwah. Dengan cara
ini kejayaan Islam insya Alloh akan dapat dicapai untuk yang kedua kalinya.
Alloh lah yang menurunkan agama ini sebagai dien al-fitrah, maka Dia pula lah
yang mengokohkan dan memenangkannya dari musuh-musuh Islam, sekalipun mereka
sekuat tenaga berusaha melenyapkannya.
Agar
lebih mudah dalam memahami serta mengambil pelajaran dari dakwah Rasululloh, di
bawah ini akan dipaparkan langkah-langkah beliau menurut periode dakwahnya.
Setelah itu, akan dipaparkan pula bagaimana meneladani thariqah dakwah
Rasulalloh di masa sekarang.
Pembahasan
Dakwah,
kata tersebut sudah membumi di kalangan masyarakat sekarang yang identik dengan
penyampaian berita tentang keagamaan. Kata “dakwah” sendiri, secara etimologi
(bahasa) berasal dari bahasa Arab دعوة
– يدع
– دعا
(da’a,
yad’u, da’watan) yang berarti seruan, panggilan, undangan, atau do’a. Sedangkan
pengertian secara terminologi, dakwah adalah mengajak manusia kepada jalan
Alloh Swt. (sistem Islam) secara menyeluruh; baik dengan lisan, tulisan, maupun
dengan perbuatan sebagai ikhtiar (upaya) muslim mewujudkan nilai-nilai ajaran
Islam dalam realitas kehidupan pribadi (syahsiayah), keluarga (usrah) dan
masyarakat (jama’ah) dalam semua segi kehidupan secara menyeluruh sehingga
terwujud khairul ummah (masyarakat madani). (Drs. Endang AS,M.Ag., M.Si. ;
Aliyudin, S.Ag., M.Ag., Dasar-dasar Ilmu Dakwah : 2009)
Kegiatan
dakwah ini sudah ada sejak pada zaman Rasululloh Saw. hingga sekarang. Kegiatan
dakwah yang dilakukan Rasululloh Saw. terbagi ke dalam dua periode, yakni
periode Mekkah dan periode Madinah dan juga ada beberapa tahap metode dakwah
yang dilakukan Rasululloh Saw. dalam mengemban misi untuk menyampaikan risalah
Ilahi kepada umatnya. Berikut ini akan dipaparkan mengenai tahap-tahap dakwah
Rasululloh Saw., yaitu sebagai berikut.
1. Periode Mekkah
Dalam
periode ini, terdapat dua phase dakwah yang dilakukan Rasululoh Saw. selama di
Kota Mekkah, yaitu secara sembunyi-sembunyi dan terang-terangan.
a.
Dakwah Rasululloh Saw. secara Sembunyi-sembunyi
Dakwah
pada tahap ini berlangsung selama 3 tahun. Rasululloh Saw. melakukan dakwahnya
ini tidak secara terbuka di masyarakat. Hal ini dilakukan untuk menghindari
tindakan-tindakan buruk kaum Quraisy yang fanatik akan kemusyrikan. Dengan cara
ini, Rasululloh Saw. melakukan pendekatan dakwahnya ini kepada orang yang
memiliki hubungan kerabat atau kenal baik sebelumnya.
Adapun
orang-orang yang pertama kali masuk Islam ialah istrinya Siti Khodijah binti
Khuwailid r.a., Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsa (mantan budak Rasululloh
dan anak angkatnya), Abu Bakar bin Abi Kufahah, Utsman bin Affan, Zubair bin
Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash dan lainnya.
Ketika
orang-orang yang menganut Islam lebih dari 3o orang, Rasululloh Saw. memilih
rumah salah satu dari mereka, yaitu rumah al-Arqam bin Abi al-Arqam sebagai
tempat pertemuan untuk melakukan pembinaan dan pengajaran.
Berdasarkan
langkah dakwah ini, Jumhur Fuqaha berpendapat bahwa bila kaum muslimin berada
pada posisi lemah, rapuh kekuatannya dan khawatir hancur binasa oleh kekuatan
lawan, maka mereka wajib memelihara diri dan agamanya dengan cara melakukan
dakwah secara sirriyah. (Fiqh Sirah, Dr. Ramadhan Al-Buthi :177)
Bila
kita simpulkan pada tahap dakwah yang pertama ini, Rasululloh Saw. lebih berfokus
pada pembinaan dan pengkaderan (marhalah tatsqif wa takwin) untuk memantapkan
akidahnya, dalam pembentukan syakhsiyah Islamiyah, dan juga dalam pembentukan
kelompok dakwah.
b.
Dakwah Rasulloh Saw. Secara Terang-terangan
Tahap
ini dilakukan Rasululloh Saw. beserta pengikutnya setelah mendapat perintah
dari Alloh Swt., sebagaimana dalam firman-Nya :
ô¹$$sù
$yÎ/
ãtB÷sè?
óÚÌôãr&ur
Ç`tã
tûüÏ.Îô³ßJø9$#
ÇÒÍÈ
“Maka sampaikanlah olehmu secara
terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari
orang-orang musyrik”. (QS. Al-Hijr : 94)
Dakwah
pada tahap ini segera mendapat reaksi keras dari orang-orang kafir Mekkah.
Siksaan dan penganiyayaan datang bertubi-tubi. Pada tahap ini, para pengikut
Rasululloh sungguh-sungguh diuji sampai sejauh mana kualitas iman mereka
setelah tiga tahun dibina mentalnya di Darul Arqom.
Dakwah
Rasululloh Saw. pada tahap ini juga merupakan pertarungan pemikiran antara
pemikiran jahiliyah dengan Islam, antara adat istiadat, budaya dan kepercayaan
nenek moyang dan Islam. Hal ini tersurat pada ayat-ayat Makiyyah yang pada
umumnya mengajak manusia untuk memikirkan kejadian alam semesta, agar
meninggalkan kepercayaan nenek moyang. Contohnya, seperti dalam QS. Al-Zuhruf :
23-24.
Tahap
dakwah ini berjalan selama 10 tahun dan rumah Rasululloh Saw. Menjadi pusat
perhatian pengikut-pengikut beliau sebagai tempat menimba ilmu dan menerima
wahyu. Pembinaan dan pengkaderan di Darul Arqam dilaksanakan secara selektif,
intensif dan kontinyu dengan memilih pribadi-pribadi yang dinilai mampu
mengemban dakwah.
Dakwah
Rasul pun semakin gencar, ruang lingkupnya semakin luas dan sasarannya lebih
ditujukan kepada jamaah di tempat-tempat ramai, seperti pasar, ka’bah di musim
haji, di tempat-tempat orang melakukan thawaf dan lain-lain. Rasululloh pun
mendatangi sekitar 14 kabilah sebagai media dakwahnya. Hal ini menimbulkan
kekhawatiran di pihak Kaum Quraisy bahwa mereka akan menerima dakwah dan
menjadi pendukung Rasululloh serta mengadakan perlawanan kepada Kaum Quraisy.
Bila itu terjadi, tentu akan merusak citra mereka di kalangan bangsa Arab,
apalagi bila kepercayaan dan kebudayaan mereka dihinakan. Sebelum semuanya
terjadi, akhirnya mereka mengutus Walid bin Mughirah, ‘Ash bin Wali, Aswad bin
Muthalib, Ummayah bin Khalaf untuk menghadap Rasululloh dan menawarkan
kerjasama ibadah dalam agama. Yakni, Kaum Quraisy akan menambah apa yang
disembah Kaum Muslimin dan Kaum Muslimin harus bersedia menyembah apa yang
disembah Kaum Musyrikin. Saat itu Alloh Swt. menurunkan Surat Al-Kafirun sebagai
penolakan atas penawaran tersebut yang dibacakan Rasululloh kepada mereka.
(Sirah Al-Halabiyah)
Pada
tahap yang penuh rintangan ini, ruang gerak dakwah Rasululloh semakin sempit,
hal ini dikarenakan orang-orang yang sangat Rasul cintai dan sebagai pelindung
dakwah Rasul sudah tiada, yakni istrinya Siti Khadijah dan pamannya Abi Thalib.
Karena itu, kemudian Rasululloh berusaha mencari pendukung di Kota Tha’if,
tetapi tidak berhasil bahkan beliau disambut dengan penghinaan dan
penganiyayaan fisik. Tahun-tahun tersebut merupakan saat-saat paling sulit bagi
Rasululloh dan para pengikutnya. Kemana pun Rasululloh pergi, Abu Lahab dan
kawan-kawannya selalu mengikuti dan mengatakan kepada kaum yang didatangi
Rasululloh, bahwa ia adalah pendusta dan pembohong yang ingin mengubah agama
nenek moyang mereka. Di tengah situasi itu, Rasululloh sering menyendiri,
mengadukan persoalannya kepada Alloh Swt. hingga Alloh meng-Isra dan Mi’rajkan
beliau (Rasululloh). Ini menumbuhkan kembali kekuatan dalam diri Rasululloh, bahwa
kekuasaan Alloh meliputi segala sesuatu.
Pada
saat musim haji, datanglah serombongan orang dari Suku Aus dan Khajraj dari
Yastrib (Madinah). Kesempatan ini digunakan oleh Rasululloh untuk menyampaikan
dakwah. Ketika rombongan ini mendengar ajakan Rasululloh, satu sama lain
berpandangan sambil berkata :
“Demi Allah, dia ini benar-benar
seorang Nabi yang dijanjikan orang-orang Yahudi kepada kami.”
Dengan
sangat terbukanya mereka menerima dakwah Rasululloh saraya berkata :
“Kami tinggalkan kaum kami disana
dan tidak ada pertentangan serta permusuhan antara kaum kami dengan kaum lain,
mudah-mudahan Alloh Swt. mempertemukan mereka denganmu dan menerima dakwahmu,
maka tidak ada lagi orang yang paling mulia darimu.” (Sirah Ibnu Hisyam I :
428)
Tahun
kedua belas kenabian, 12 orang dai Madinah datang kepada Rasululloh Saw. dan
masuk Islam. Mereka membai’at Rasululloh yang kemudian dikenal dengan Bai’ah
Aqabah I, yang isinya :
“Tidak menyekutukan Alloh, tidak
mencuri, tidak berzina dan tidak membunuh anak-anak kecil, tidak berbohong dan
tidak menentang Rasululloh dalam perbuatan Ma’ruf.” (HR. Bukhari)
Sekembalinya
mereka dari ibadah haji, Rasululloh mengutus Mush’ab bin Umair bersama mereka
ke Madinah untuk mengajarkan Al-Qur’an dan hukum-hukum agama. Setelah semakin
banyak penduduk Madinah masuk Islam, Mush’ab bin Umair mengirimkan surat kepada
Rasululloh di Mekkah, memberitahukan tentang keinginannya untuk mengumpulkan
mereka semua seperti kebiasaan penduduk Yahudi mengumpulkan anak dan isterinya
pada hari sabtu (Hari Sabath). Rasululloh memberi izin, tapi harus dilakukan
pada hari jum’at dan memerintahkan agar melakukan sholat dua rakaat apabila
matahari telah condong.” (Sirah Al-Halabiyah II : 168)
Musim
haji berikutnya, pada tahun ketiga belas kanabian, Mush’ab bin Umair kembali ke
Mekkah bersama 75 orang Islam dan mereka melakukan bai’at kepada Rasululloh,
dan bai’at ini dinamakan Bai’ah Aqabah II.
Isi
Bai’ah Aqabah II ini pada dasarnya tidak berbeda dengan yang pertama, yakni
mereka akan tetap berpegang teguh kepada Islam dan berjanji untuk patuh dan
taat dengan ikhlas kepada agama Alloh serta meninggalkan larangan-Nya. Bedanya,
pada Baia’ah Aqabah II ini ada isyarat tegas tentang kesediaan mereka untuk
berjihad dan membela Rasululloh dengan jalan apapun dalam rangka menegakkan
dakwah Islam. Selesai melakukan bai’at, Rasululloh Saw. menunjuk 12 orang untuk
bertindak sebagai pimpinan masing-masing qabilah mereka. Abbas bin Ubadah,
salah seorang dari mereka berkata kepada Rasululloh:
“Demi Alloh yang mengutusmu dengan
benar, bila engkau mengijinkan, kami akan perangi Penduduk Mina besok pagi
dengan pedang-pedang kami.”
Mendengar
ini, Rasululloh menjawab :
“Kita belum diperintahkan untuk
itu, dan lebih baik kembalilah kalian ke kendaraanmu masing-masing.” (Sirah Al-Halabiyah
II : 176)
Dari
jawaban Rasululloh seperti itu, jelaslah bahwa sebelum hijrah ke Madinah dan
membangun negara disana, kewajiban jihad belum diperintahkan. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa dakwah Rasululloh dalam Periode Mekkah adalah dakwah
dalam rangka memperkenalkan Islam melalui dakwah fikriyah, kemudian membina
umat, mengatur barisan dan menyusun kekuatan untuk kemudian hijrah ke Madinah
dan membangun Khilafah Islamiyah serta mengumumkan perang kepada orang-orang
yang menentang dakwah Islam.
2. Periode Madinah
Dakwah
Islam di Madinah telah tersebar sejak dua tahun sebelum Rasululloh hijrah.
Kesediaan penduduk Madinah menerima kedatangan Rasululloh dan menyerahkan
segala urusan mereka kepada beliau, merupakan awal tumbuhnya benih Khilafah Islam.
Hijrahnya
Kaum Muslimin ke Kota Madinah merupakan awal mula tahap dakwah yang disebut
Marhalah Tathbiq Ahkamul Islam (tahap pelaksanaan syari’at Islam) dengan
diproklamasikannya Daulah Islamiyah sebagai pelaksana hukum dan sebagai
pengemban risalah Islam ke segenap penjuru dunia dengan jihad fi sabilillah.
Ada
beberapa hal yang dilakukan Rasululloh Saw. setibanya di Madinah dalam
hijrahnya dari Kota Mekkah, diantaranya :
a.
Membangun Masjid
Pembangunan
Mesjid mempunyai arti yang sangat penting bagi pembinaan masyarakat Islam, yang
terdiri atas individu-individu muslim yang senantiasa berpegang teguh kepada
akidah dan syari’at Islam, pancaran dan semangat kemasjidannya. Mesjid juga
menjadi tempat pelepasan para prajurit ke medan perang dan tempat menyelesaikan
semua urusan umat yang menyangkut ekonomi, sosial, hukum, dan lain sebagainya.
Masyarakat
Islam sangat mementingkan persaudaraan atas dasar akidah Islam (ukhuwah
Islamiyah) antara sesama warga masyarakat. Dan ini tidak akan terpenuhi secara
maksimal melainkan dimulai dari masjid, tempat umat Islam bertemu muka dan
bertukar informasi serta menjalin persaudaraan. Dengan cara itu lenyap dengan
sendirinya tembok-tembok pemisah antara golongan kaya dan golongan miskin,
golongan elit dan golongan bawah, warna kulit dan keturunan. Sistem Islam
menghendaki adanya persamaan dan keadilan bagi seluruh umat. Mereka bertemu
dalam satu barisan, berdiri tegak bersama-sama dihadapan Alloh Swt. Hal ini
dapat menyingkirkan egoisme, menyuburkan rasa tolong menolong (ta’awun) dan
saling menanggung atas dasar persaudaraan Islam yang terbina di Masjid.
b.
Ukhuwah Islamiyah
Langkah
kedua yang dilakukan Rasululloh Saw. adalah mempersaudarakan antara Kaum Anshor
dan Kaum Muhajirin (Kaum Muslimin yang berhijrah dari Mekkah). Persaudaraan ini
bukan sekedar slogan-slogan kosong tanpa makna, tetapi persaudaraan yang
digambarkan Rasululloh Saw. ibarat satu tubuh, bila salah satu anggota tubuh
tertimpa sakit maka anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit.
Persaudaraan yang mendarah daging, mengalir dalam setiap umat sehingga lenyap
sama sekali segala fanatisme golongan, suku bangsa dan ras. Persaudaraan yang
sebenar-benarnya yang sebagaimana dilakukan Rasululloh tidak mungkin terwujud
tanpa didasari akidah Islam.
“Dan Alloh lah yang mempersatukan
hati mereka (orang-orang) yang beriman. Walaupun kamu membelanjakan semua
(kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati
mereka, tetapi Alloh telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Anfal : 63)
Persaudaraan
ini sebetulnya telah dilakukan Rasululloh Saw., yakni ketika mempersaudarakan
Muhajirin sewaktu berada di Mekkah. Setelah hijrah, Kaum Muhajirin dan Kaum
Anshor dipersaudarakan kembali di Madinah. Dengan demikian ikatan ukhuwah
Islamiyah bertambah-tambah kuatnya, apalagi setelah dinaungi sebuah sistem
Islam di bawah pimpinan Rasululloh Saw.
c.
Menyusun Piagam Perjanjian (watsiqah)
Langkah
ketiga yang dilakukan Rasulullah adalah menyusun piagam atau watsiqoh,yang
menurut istilah sekarang adalah undang-undang dasar. Ibnu hisyam menyebutnya
dustuur atau undang-undang Negara pemerintahan Islam yang pertama. Watsiqoh ini
menyangkut hak dan kewajiban orang-orang non muslim yang tinggal dalam wilayah
pemerintahan islam, hubungan antara daulah dengan masyarakat dan antara
masyarakat dengan daulah. Dr. Mushafa Asy Syiba’i dalam bukunya “Siroh
Nabawiyah Duruus Wa ‘Ibror” mengemukakan beberapa pokok isi watsiqah tersebut
berikut ini:
1.
Kesatuan umat islam tanpa mengenal perbedaan suku, bangsa dan ras.
2.
Persamaan hak dan kewajiban bagi seluruh warga masyarakat.
3.
Gotong royong dalam segala hal yang bukan untuk berbuat dzolim, dosa dan
permusuhan.
4.
Kompak dalam menentukan hubungan dengan musuh-musuh Islam.
5. Membangun
masyarakat dalam suatu sistem yang sebaik-baiknya.
6.
Melawan orang-orang yang menentang Negara dan membangkang sistemnya.
7.
Melindungi orang yang ingin hidup berdampingan dengan orang Islam dan tidak
boleh berbuat dzolim kepadanya.
8.
Umat non-Islam bebas melaksakan agamanya. Mereka tidak boleh dipaksa masuk
Islam dan tidak boleh diganggu harta bendanya.
9.
Umat non-Islam harus ambil dalam pembiayaan daulah sebagaimana umat Islam.
10.
Umat non-Islam harus saling bantu membantu dengan umat Islam untuk menolak
bahaya yang akan mengancam Negara.
11.
Umat non-Islam harus ikut membiayai perang apabila daulah dalam keadaan perang
dengan Negara lain.
12.
Umat Islam dan non-Islam tidak boleh melindungi musuh Negara dan orang-orang
yang memusuhi Negara.
13.
Warga Negara bebas keluar masuk wilayah Negara selama tidak merugikan Negara.
14.
Setiap warga Negara tidak boleh melindungi orang yang berbuat dzolim.
15.
Ikatan sesama anggota masyarakat didasarkan atas prinsip tolong-menolong untuk
kebaikan dan ketaqwaan, tidak atas dosa dan aniaya.
Dasar-dasar
tersebut tertunjang oleh dua kekuatan yaitu kekuatan spiritual yakni imannya
masyarakat kepada allah dan keyakinan akan pengawasan dan perlindungan Allah
bagi orang yang berbuat baik dan konsekuen. Kekuatan material yakni
kepemimpinan Negara yang dipegang oleh Rasulullah saw.
d.
Strategi Politik dan Militer
Dalam
rangka penyebaran dakwah Islam keluar Madinah sekaligus mengumumkan kepada
Bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain tentang berdirinya Daulah Khilafah Islamiyyah
dengan kepala negara Rasululloh sendiri, maka diambil langkah-langkah
selanjutnya setelah urusan dalam negeri terlaksana. Langkah-langkah tersebut
ialah :
1. Mengirimkan surat kepada
kepala-kepala Negara, pimpinan-pimpinan kabilah yang ada di sekitar Jazirah
Arabia seperti Kaisar Ramawi, Kisra, Persia, Muqauqis dari Mesir dan yang
lainnya untuk mengajak mereka masuk Islam.
2. Memaklumkan perang kepada
orang-orang yang menentang dakwah Islam khususnya kaum Quraisy Mekkah dengan
jalan menghadang kafilah-kafilah yang berhadang melewati kota Madinah dan
sekitarnya seperti yang terjadi pada perang Badar.
3. Memerangi kabilah-kabilah yang
mengkhianati perjanjian perdamaian bersama umat Islam seperti kabilah-kabilah
Yahudi, seperti Bani Quraidhah, Bani Qunaiqa’ dan Bani Nadhir.
4.
Menjadikan Khilafah Islam sebagai satu kekuatan yang disegani dan ditakuti oleh
lawan-lawannya.
Kesimpulan
Tahap-tahap
dakwah yang dilakukan Rasululloh Saw. terbagi menjadi 2 periode, yaitu periode
Mekkah dan Periode Madinah. Tahapan Dakwah yang dilakukan Rasululloh pada
Periode Mekkah terdapat beberapa tahapan, yaitu (1) secara sembunyi-sembunyi
yang melingkupi pemantapan akidah, pembentukkan syakhsiyah Islamiyah, dan
pembentukan kelompok dakwah; (2) secara terang-terangan yang melingkupi
pertarungan pemikiran dan perjuangan politik. Sedang tahapan dakwah yang
dilakukan Rasululloh pada periode Madinah, yaitu (1) membangun Masjid sebagai
salah satu sarana dakwah; (2) dalam memupuk ukhuwah Islamiyah antara Kaum
Muhajirin dan Kaum Anshor; (3) mengatur urusan masyarakat dengan syari’at
Islam; (4) membuat perjanjian dengan warga nonmuslim; (5) menyusun strategi
Politik dan Militer; (6) jihad fi sabilillah.
Referensi
http://rachmatfatahillah.blogspot.com/2011/10/tahapan-dakwah-nabi-muhammad.html
http://penumpasjalanan.multiply.com/journal/item/41
http://farchanbinadnan.blogspot.com/2009/12/dakwah-nabi-muhammad-makkah-madinah.html
AS, Enjang, Drs., M.Ag., M.Si., & Aliyudin, S.Ag., M.Ag., 2009. Dasar-dasar Ilmu Dakwah. Bandung : Widya Padjadjaran.
http://penumpasjalanan.multiply.com/journal/item/41
http://farchanbinadnan.blogspot.com/2009/12/dakwah-nabi-muhammad-makkah-madinah.html
AS, Enjang, Drs., M.Ag., M.Si., & Aliyudin, S.Ag., M.Ag., 2009. Dasar-dasar Ilmu Dakwah. Bandung : Widya Padjadjaran.
0 komentar:
Posting Komentar