Sabtu, 27 April 2013

TEKNIK KOMUNIKASI DALAM DAKWAH


TEKNIK KOMUNIKASI DALAM DAKWAH

Oleh: Aprilian Haris Saputra
Mahasiswa Institut Studi Islam Darussalam Gontor
Program Studi Aqidah Filsafat 4

Pekerjaan komunikasi da’wah ini adalah pekerjaan pokok ummat manusia yang Muslim dan tidak bisa tidak harus dilaksanakan dimana saja berada sesuai dengan keahlian dan kesanggupannya masing-masing. Secara spesifik dakwah diartikan sebagai aktifitas menyeru atau mengajak dan melakukan perubahan kepada manusia untuk melakukan kema’rufan dan mencegah dari kemungkaran.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka aktifitas dakwah dapat berhasil secara optimal jika didukung dengan strategi dakwah. Dakwah sebagai proses komunikasi terdiri dari Juru Dakwah atau yang disebut juga Mubalig, Umat manusia yang heterogin, lingkungan atau dimana dakwah dilaksanakan, media dakwah apa yang dipilih, dan tujuan dakwah. Dakwah dapai dilakukan langsung bertatap muka, maupun tidak langsung menggunakan media. Agar tujuan dakwah tercapai maka diperlukan adaptasi bahasa dan budaya atau adat istiadat yang dianut masyarakat.

Senin, 22 April 2013

MEWUJUDKAN KEJAYAAN UMAT Dengan KEMURNIAN TAUHID


MEWUJUDKAN KEJAYAAN UMAT
Dengan
KEMURNIAN TAUHID
                                                                                                         

Oleh : A.Reza Hutama Al-Faruqi/AF 4

وَلِلّهِ مَا فِيْ السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَلَقَدْ وَصَّيْنَأ الَّذِيْنَ أُوْتُوْا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَإِيّاكُمْ أَنِ اتَّقُوْاللّهَ وَإِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ للّهِ مَا فِيْ السَّمَاوَاتِ وَمَا فِيْ الأَرْضِ.
 “Dan kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan yang ada di bumi. Dan sungguh kami telah mewasiatkan kepada orang-orang ahlulkitab sebelum kalian dan kepada kalian agar kalian bertaqwa kepada Allah. Dan jika kalian kafir maka sesungguhnya kepunyaan Allah segala yang ada di langit dan yang ada di bumi ...” (An-Nisa: 131).
Sesungguhnya Tauhid yang murni dan bersih adalah inti ajaran dari semua risalah samawiyah yang diturunkan Allah Ta’ala. Ia adalah tiang penopang yang menegakkan bangunan Islam. Ia adalah syi’ar Islam yang terbesar yang tak dapat terpisahkan dari Islam itu sendiri. Inilah pesan utama Allah kepada Rasulnya yang diutus kepada ummat manusia.

STRATEGI DA’WAH WALISANGA


STRATEGI DA’WAH WALISANGA


Oleh : A.Reza Hutama AL-Faruqi /AF 4


Pendahuluan
Sejarah mencatat bahwa masuknya Islam di Indonesia pada abad VII M melalui beberapa jalur diantaranya melalui dai-dai pedagang dari Arab, Persia, Lalu India dengan teori Gujarat. Ini dapat terlihat dari fakta sejarah berupa berdirinya kerajaan Samudra Pasai al-Malik as-Salih sebagai sultan pertama di Sumatra dan runtuhnya kerajaan Majapahit yang digantikan oleh kekuasaan kesultanan Demak di Jawa yang menandakan bahwa Islam telah berkuasa di daerah tersebut.[1]
Dari sini dapat diasumsikan bahwa islamisasi Jawa tidak terlepas dari jalur penting, tetapi islamisasi ini kuarang efektif dikarenakan masyarakat islam kuarng mendapatkan struktur kekuasaan politik pada kerjaan tersebut. Hal inilah yang menimbulkan lahirnya peran walisanga (wali sembilan) yang menyebarkan islam melalui dua pendekatan yaitu dakwah lewat kebudayaan dan dakwah melalui pengaruh kekuasaan dan politik.

METODE DAKWAH DI KALANGAN REMAJA MASA KINI


METODE DAKWAH DI KALANGAN REMAJA MASA KINI

Oleh: Deki Ridho Adi Anggara
Mahasiswa Fakultas Ushuluddin Program Studi Tafsir 4
Institut Studi Islam Darussalam Gontor

            Seperti yang kita ketahui di zaman maju modern saat ini banyak di kalangan sebagian anak remaja pergaulannya kurang baik, entah itu cara bergaul dengan orang tua, teman sebayanya dan lain-lain. Maka dari sinilah saya akan sedikit berbicara tentang sebagian metode dakwah dikalangan anak remaja masa kini, pada dasarnya metode dakwah dikalangan remaja masa kini bertujuan untuk mengajak ke arah yang lebih baik, entah dari sikap dan tingkah lakunya yang terutama dan paling utama kita tujukan dalam mengatasi pergaulan terhadap remaja masa kini.

SEJARAH PERKEMBANGAN FILSAFAT ILMU


Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu

Oleh: A. Reza Hutama Al faruqy
Mahasiswa Fakultas Ushuluddin Program Studi Aqidah Filsafat 4
Institut Studi Islam Darussalam Gontor

         A. Pengertian Filsafat Ilmu
            Filsafat Ilmu adalah reperentasi realitas oleh para ilmuwan dengan jerih payahnya, dan dapat dipahami dari dua sisi, yaitu sebagai disiplin ilmu dan sebagai landasan filosofis ilmu pengetahuan.
Pertama, sebagai disiplin ilmu, mempelajari Filsafat Ilmu berarti mempelajari secara filosofis berbagai hal yang terkait dengan ilmu pengetahuan. Filsafat Ilmu merupakan sebuah disiplin ilmu yang tidak menarik bagi orang yang tidak mengalami ketersinggungan dengan dunia keilmuan, lebih-lebih bagi mereka yang tidak mempunyai kepekaan ilmiah dan cenderung pragmatis. Tetapi bagi mereka yang membaca karya ilmiah, apalagi memanfaatkan temuan-temuan ilmiah, maka mempelajari Filsafat Ilmu adalah sangat menarik, karena dengan begitu mereka tidak hanya menerimanya secara mentah mentah (secara taqlid).

METODE PENAFSIRAN DALAM AL-QUR’AN


METODE PENAFSIRAN DALAM AL-QUR’AN

Oleh: Deki Ridho Adi Anggara
Mahasiswa Fakultas Ushuluddin Program Studi Tafsir 4
Institut Studi Islam Darussalam Gontor

Al-Qur’an al-karim adalah kitab suci yang sha>lih fi kulli zama>n wa maka>n. Dan para ulama telah menulis dan mempersembahkan karya-karya mereka di bidang tafsir ini, dan menjelaskan metode-metode yang digunakan oleh masing-masing tokoh penafsir. Metode-metode tafsir yang dimaksud adalah Metode Tahli>li>, Metode Ijma>li>, Metode Muqa>ran, Metode Mawd}u’i>.

TANAMLAH HARAPAN DI BUMI KESEDERHANAAN


Tanamlah Harapan di Bumi Kesederhanaan!
Oleh: Abdul Mun’im

            Orang yang luar biasa itu sederhana dalam ucapan, tapi hebat dalam tindakan. Terkenal yang dianggap puncak keberhasilan misi dan visi hidup seseorang kadang hanya mempengaruhinya untuk melalaikan esensinya sendiri. Karena eksistensi seseorang merupakan pancaran sinar esensinya.

FITNAH ORIENTALIS TERHADAP AL-QUR’AN


FITNAH ORIENTALIS TERHADAP AL-QUR’AN

Oleh: Mahmud Rifaan Nudin
Mahasiswa Fakultas Ushuluddin Program Studi Tafsir 4
Institut Studi Islam Darussalam Gontor

Al-qur’an adalah kitab suci yang di turunkan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai mukjizat dan jalan penerang bagi sekalian  umat muslim di dunia, sebagai pedoman yang benar untuk sebagai tuntunan menuju keridaan Alla SWT yaitu amal saleh yang ganjarannya yaitu kenikmatan surga. Sebagai umat yang taat tentunya akan selalu berbuat baik yang adapun dasar hukum perbuatan baik yaitu Al-Qur’an dan Hadis.

A. PENGERTIAN

Orientalisme adalah studi islam yang dilakukan oleh orang-orang Barat. Kritikus orientalisme bernama Edward W. Said menyataka bahwa orientalisme adalah suatu cara untuk memahami dunia Timur berdasarka tempatnya yang khusus dalam pengalaman manusia Barat Eropa.

Problematika Kodifikasi Hadis Menurut Pandangan Orientalis dan Ulama Muslim


Problematika Kodifikasi Hadis
Menurut Pandangan Orientalis dan Ulama Muslim


Oleh: Abdul Mun’im
Mahasiswa Fakultas Ushuluddin Program Studi Aqidah Filsafat
Institut Studi Islam Darussalam Gontor


Menguji Obyektivitas Orientalis

            Karena menyimpan dendam ''perang salib'' yang tak kunjung surut, para Orientalis yang memiliki karya dalam Islam bisa dipastikan telah melakukan kecurangan ilmiah, layaknya pemalsuan dan ketidakjujuran. Semisal Goldzieher, tokoh Orientalis Yahudi, yang hampir seluruh karya-karyanya diwarnai dengan paham anti Islam. Dan  juga Karel Brockelman seorang Orientalis terkemuka asal Jerman yang terpengaruh oleh sikap subjektif dan tidak jujur terhadap Hadis dalam karyanya, Tarîkh asy-Syu'ûbil- Islamiyah. Dia dengan sengaja memberi kesan negatif tentang Islam, khususnya Hadis Nabi dalam masalah  badui. Dalam komentarnya dia memenggal teks Hadis dan tidak menampilkannya secara utuh. Kekeliruan semacam ini sangat irasional apabila muncul dari  seorang ilmuwan sekaliber Brockelman yang sudah lama berkecimpung dengan kitab-kitab klasik, sehingga telah menghasilkan sebuah karya yang berharga 'Tarikhul Adabil 'Arabi' (sejarah kesusastraan Arab).

Rabu, 17 April 2013

Efektivitas Dakwah: Perspektif Psikologi Komunikasi

Efektivitas Dakwah: Perspektif Psikologi Komunikasi

Oleh: Abdul Mun’im, (32.2.2.9874)
Mahasiswa Program Studi Aqidah Filsafat, Fakultas Ushuluddin
Institut Studi Islam Darussalam Gontor, Ponorogo

A. Pendahuluan
Komunikasi dan dakwah adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan atau satu sama lain saling terkait.  Keduanya merupakan disiplin ilmu yang berdiri sendiri, namun dalam praktik serta aplikasinya selalu terpadu antara satu dengan lainnya serta saling menunjang[1].
Kenyataan menunjukkan bahwa banyak pesan dakwah tidak sampai kepada sasaran, karena dai (komunikator) tidak mampu berkomunikasi secera efektif. Hal ini disebabkan karena ketidakmampuan menuangkan pesannya dalam bahasa yang baik dan benar. Seolah-olah dakwah yang disajikan kering, gersang dan hambar. Bahasanya tidak bergaya, mad’u (komunikan) tidak memahami apa yang disampaikannya, minat dan interest mad’u hilang dan komunikasi tidak terjalin.
Komunikasi efektif mempunyai nuansa dan varian sesuai dengan kepentingan dan tujuannya. Walaupun pada prinsipnya tujuannya sama, yakni bagaiman pesan komunikasi yang disampaikan dapat diserap, dihayati, dan direspon oleh komunikan secara positif[2].
Karena itu, komunikasi sebagai sarana vital sangat menunjang bagi terlaksananya dakwah. Sehingga pemahaman dai tentang ilmu tersebut akan memberikan arti penting bagi suksesnya dakwah. Yakni terlaksananya ajaran Islam dengan tegaknya amar makruf dan nahi munkar.

Sabtu, 13 April 2013

Siapakah Ahlussunnah Waljamaah…?


Siapakah Ahlussunnah Waljamaah…?
Oleh: Abdul Mun’im
Mahasiswa Fakultas Ushuluddin Program Studi Aqidah Fislafat 4

A.    Pendahuluan
            Ahlussunnah Waljamâ’ah adalah istilah yang paling populer di dunia Islam, sekaligus amunisi paling mematikan untuk memberantas golongan lain yang menuyimpang. Para ulama sepakat bahwa Ahlussunnah Waljamâ’ah adalah ajaran yang diwariskan Rasulullâh SAW kepada umatnya. Hanya saja Rasulullâh tidak menyebutkan nama dari suatu golongan tertentu yang termasuk Ahlussunnah Waljamâ’ah. Rasulullâh hanya menyebutkan indikasi dari golongan umatnya yang disinyalir sebagai golongan Ahlussunnah Waljamâ’ah dengan sebutan golongan yang selamat dari siksa Neraka.
            Sejarah menceritakan pertentangan demi pertentangaan yang terjadi antara kaum muslimin yang terjadi sejak dahulu hingga saat ini. Mereka saling mengklaim dirinya sebagai pewaris dari ajaran Rasulullâh. Dalam konflik yang terjadi, vonis kafir dan sesat tak jarang terlontar dari masing-masing kelompok. Dan tidak jarang pula pertentangan pemikiran yang pada akhirnya berlanjut menjadi perselisihan fisik dan pertumpahan darah.
            Tidak mudah mendefinisikan istilah Ahlussunnah Waljamâ’ah secara konkret. Karena memang Rasulullâh tidak menunjuk golongan tertentu. Untuk mendapatkan pemahaman yang konprehensif menhenai istilah ini, kita harus mengkajinya dari berbagai aspek, mulai dari Arti, sejarah dan perkembangan aliran tersebut.

MENULIS, TRADISI ULAMA’ ISLAM YANG TERLUPAKAN


MENULIS, TRADISI ULAMA’ ISLAM YANG TERLUPAKAN

Moh. Eko Hadi Kuncoro

“Barang siapa yang tidak menuliskan suatu ilmu, maka ilmu yang ia miliki tidak dianggap sebagai suatu ilmu” (Mu’awiyah bin Qurrah al-Muzanni)

            Membaca dan tulis-menulis merupakan tradisi yang sangat erat kaitannya dengan Islam dan ulamanya bahkan sejak dari awal kemunculan agama terakhir tersebut. “Bacalah dengan (menyebut) nama Robb-mu Yang  menciptakan”(QS Al-‘Alaq [96]: 1) demikianlah wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Ayat tersebut menegaskan bahwa membaca adalah suatu perintah. Dan untuk melakukan proses membaca, sudah semestinya terdapat suatu yang dijadikan bacaan. Bacaan tersebut barang tentu tidak bisa dihasilkan kecuali dari sebuah proses tulis-menulis. Jadi, perintah membaca sejatinya secara implisit juga mengandung perintah untuk mengadakan suatu bacaan sekaligus berarti perintah untuk menulis. Oleh itu, tidak lama setelah ayat ini dan surat-surat lainnya turun, malaikat Jibril turun dengan membawa wahyu, “Nuun. Demi pena (qalam) dan apa yang mereka tulis”(QS Al-Qalam [68]: 1). Bahkan Nabi saw menegaskan bahwa makhluk pertama yang diciptakan sebelum 50.000 tahun penciptaan langit dan bumi adalah pena (qalam).

DAKWAH: Strategi Menyiarkan Peradaban Islam


DAKWAH:
Strategi Menyiarkan Peradaban Islam
Oleh: Moh. Eko Hadi Kuncoro
Mahasiswa ISID Fakultas Ushuluddin Prodi Aqidah Filsafat 4


Islam adalah sebuah agama (din) dan sekaligus sebuah peradaban (Tamaddun) menyimpan konsep Ilahi yang disampaikan kepada Manusia. “Din” sendiri mempunyai padanan kata “dain” yang berarti hutang. Dalam proses hutang menghutang terdapat konsep, tata cara, peraturan, susunan kekuasaan. Artinya dalam kata “din” itu sendiri memuat suatu sistem konsep tentang kehidupan. Konsep-konsep inilah sebenarnya merupakan tuntunan Ilahi untuk manusia, untuk kebahagiaanya dan mengatur kehidupanya. Agar konsep-konsep ini membumi, maka diperluakan seorang utusan Tuhan yang menerangkan konsep-konsep tersebut, yang kemudian dikenal sebagai Rasulullah Saw. Penyampaian ini dilakukan dengan jalan dakwah dan tabligh. Jadi, intinya konsep-konsep kehidupan yang termuat dalam “Din” sekaligus’ “tamaddun” agar dapat diketahui dan diamalkan masyarakat membutuhkan seorang penyampai, yaitu Da`i.
Design by Abdul Munir Visit Original Post Islamic2 Template