TEKNIK KOMUNIKASI DALAM DAKWAH
Oleh:
Aprilian Haris Saputra
Mahasiswa
Institut Studi Islam Darussalam Gontor
Program
Studi Aqidah Filsafat 4
Pekerjaan komunikasi da’wah ini
adalah pekerjaan pokok ummat manusia yang Muslim dan tidak bisa tidak harus
dilaksanakan dimana saja berada sesuai dengan keahlian dan kesanggupannya
masing-masing. Secara spesifik dakwah diartikan sebagai aktifitas menyeru atau
mengajak dan melakukan perubahan kepada manusia untuk melakukan kema’rufan dan
mencegah dari kemungkaran.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka
aktifitas dakwah dapat berhasil secara optimal jika didukung dengan strategi
dakwah. Dakwah sebagai proses komunikasi terdiri dari Juru Dakwah atau yang
disebut juga Mubalig, Umat manusia yang heterogin, lingkungan atau dimana
dakwah dilaksanakan, media dakwah apa yang dipilih, dan tujuan dakwah. Dakwah
dapai dilakukan langsung bertatap muka, maupun tidak langsung menggunakan
media. Agar tujuan dakwah tercapai maka diperlukan adaptasi bahasa dan budaya
atau adat istiadat yang dianut masyarakat.
Sementara teknik komunikasi yang
dapat dilakukan dalam dakwah adalah informatif, persuasif, dan coersif.
Pertama-tama diinformasikan apa yang menjadi hak dan kewajiban, diajak untuk
menjalaninya, dan diberikan sanksi jika melanggar perintahNYA. Dalam
penyampaiannya menggunakan bahasa seharihari yang mudah difahami masyarakat
luas, jika perlu menggunakan bahasa-bahasa gaul terkini, apalagi dalam
menghadapi masyarakat modern yang multikultural. Audiensnya datang dengan latar
belakang yang heterogin.
Yang terpenting membangun kerukunan
antar budaya, kemudian menjelaskan masalah sterotip antar suku yang harus
saling menjaga untuk kebersamaan. Disinilah diperlukan hal yang terpenting
untuk membangun kerukunan antar budaya. Mengingtkan persatuan adalah kekuatan
besar. Jika persatuan ini memudar maka akan mengancam kekuasaan, tapi jika
sebaliknya dapat memperkuat kekuasaan. Oleh karena itu dalam teknik komunikasi
dakwah perlu :
1. Mengenali sasaran komunikasi
Sebelum melancarkan komunikasi, kita
perlu mempelajari siapa-siapa yang akan menjadi sasaran kita. Yang perlu
diperhatikan dalam hal ini adalah:
a. Kerangka referensi
Pesan komunikasi yang akan
disampaikan kepada komunikan harus disesuaikan dengan kerangka referensi (frame
of reference), maksudnya adalah bahwa ketika kita akan memberikan pesan harus
memperhatikan siapa yang menjadi komunikan kita, sehingga mereka mereka dapat
memahami apa yang kita sampaikan. Kerangka referensi seseorang akan berbeda
dengan orang lain, ada yang berbeda secara ekstrim seperti antara murid SD
dengan seorang mahasiswa atau seorang petani dengan seorang diplomat, intinya kita
harus mengetahui siapa yang kita ajak bicara.
b. Faktor situasi dan kondisi
Yang dimaksudkan adalah situasi
komunikasi pada saat komunikan akan menerima pesan yang kita sampaikan. Situasi
yang dapat menghambat jalannya komunikasi dapat diduga sebelumnya, dapat juga
datang tiba-tiba pada saat komunikasi dilancarkan.
Sedangkan yang dimaksudkan kondisi
adalah state of personality komunikan, yaitu keadaan fisik dan psikis komunikan
pada saat ia menerima pesan komunikasi. Komunikasi yang kita lakukan tidak akan
efektif apabila komunikan sedang marah, sedih, bingung, lapar, sakit, dan lain
sebagainya.
Untuk mengatasi hal semacam itu kita
dapat memperhatikan komunikasi kita sampai datangnya suasana yang menyenangkan.
Akan tetapi tidak jarang pula komunikasi tetap dilakukan pada saat itu juga,
disini faktor manusiawi sangat penting.
2. Pemilihan media komunikasi
Pemilihan media komunikasi juga
sangat menentukan keberhasilan efektifitas dan efisiensi komunikasi yang
dilakukan, apakah media elektronik, media letak, bisa juga dengan media
tradisional seperti kentongan, bedug, pagelaran kesenian, atau media yang sudah
modern seperti telepon, telegraf, pamflet, poster, spanduk, dan lain-lain.
Untuk mencapai sasaran komunikasi kita dapat memilih salah
satu gabungan dari beberapa media, bergantung pada tujuan yang akan dicapai,
pesan yang akan disampaikan dan teknik yang akan dipergunakan.
3. Pengkajian tujuan pesan komunikasi
Aktivitas komunikasi dikatakan
berhasil jika pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat dipahami secara
benar oleh komunikan. Untuk itu paling tidak ada dua hal yang harus
dipersiapkan secara matang dalam melakukan pengkomunikasian, hal tersebut
yaitu:
a) Fokus pesan (what to say)
b) Cara atau pendekatan dalam menyampaikan (how to say)
Semakin sederhana dan simpel pesan yang disampaikan meski
yang disampaikan kompleks, maka semakin besar kemungkinan audiens memahaminya.
4. Pesan komunikator dalam komunikasi
Ada faktor yang penting pada diri komunikator apabila ia
melancarkan komunikasi, yaitu:
a. Daya tarik sumber
Komunikan bersedia taat pada isi
pesan yang disampaikan oleh komunikator apabila komunikator ikut serta atas apa
yang telah disampaikan, sehingga dengan kata lain komunikan merasa ada
persamaan dengan komunikator. Disitulah seorang komunikator dikatakan berhasil
karena dapat merubah opini, sikap dan perilaku komunikan.
b. Kredibilitas sumber
Faktor kedua yang dapat menyebabkan
komunikasi berhasil adalah kepercayaan komunikan pada komunikator. Berdasarkan
kedua faktor tersebut, seorang komunikator dalam menghadapi komunikan harus
bersikap empirik (empathy).
MENGHADAPI MASYARAKAT MODERN MULTIKULTURAL
Kultural atau Budaya atau kebudayaan
adalah spesifik manusiawi. Manifestasi dan perwujudan dari segala aktivitas
manusia sebagai upaya untuk memudahkan dan memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kebudayaan terdiri dari nilai dan simbol. Nilai-nilai budaya itu tidak kasat
mata, sedangkan simbol budaya yang merupakan perwujudan nilai itulah yang kasat
mata. (Kuntowijoyo, 2002). Masjid, pasar, sekolah, rumah misalnya adalah
perwujudan dari nilai-nilai budaya masyarakatnya. Setiap perwujudan aktivitas
manusia nilai-nilai budaya senantiasa hadir dan semua punya nilai budaya, walau
terkadang tidak merupakan simboi budaya.
Dikaitkan denga Dakwah, adalah
panggilan atau seruan bagi umat manusia menuju jalan Allah, yaitu jalan menuju
Islam. Sebagai dinullah, Islam bersumber dari wahyu Allah dan Sunnah Rasul-NYA,
ia merupakan sumber nilai yang akan memberikan corak, warna dan bentuk
kebudayaan Islam. Suatu bentuk kebudayaan yang berisikan pesan atau nilai-nilai
islami (menurut kacamata Al Qur’an dan As-Sunnah), sekalipun ia muncul dari
orang atau masyarakat bukan penganut dinul-islam. Demikian juga sebaliknya,
tidak dikatakan budaya Islam, walau ia lahir dari orang atau masyarakat
penganut dinul-islam, jika tidak memuat pesan atau nilai-nilai Islami. Dakwah
adalah kewajiban setiap muslim yang harus dilakukan secara berkesinambungan,
yang bertujuan akhir mengubah perilaku manusia berdasarkan pengetahuan dan sikap
yang benar.
Dalam perspektif dakwah Islam,
budaya atau kebudayaan adalah aktualisasi dari sikap tunduk (ibadah atau
peribadatan) manusia kepada Allah. Salah satu analog yang menunjukkan
simbol sdan nilai budaya sebagai sikap tunduk pada Allah, tertera dalam
Al Qur’an surat ASY SYUAARA [26] ayat 224-227:
“Dan penyair-penyair itu diikuti
oleh orang-orang yang sesat. Tidakkah kamu melihat bahwasanya mereka mengembara
di tiap-tiap lembah, dan bahwasanya mereka suka mengatakan apa yang mereka
sendiri tidak mengerjakan (nya)?, kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang
beriman dan beramal saleh dan banyak menyebut Allah dan mendapat kemenangan
sesudah menderita kezaliman. Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan
mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali”. (QS.Asy syuaara/26:224-227).
Ayat di atas mennginformasikan, ada
dua jenis budaya yang diwakili oleh sosok pelakunya. Pertama Budaya yang
dibangun dengan dimensi TAQWA yang diwakili oleh sosok pelaku budaya yang
beriman , beramal shaleh, dan senantiasa berdzikir mengingat Allah serta sabar
menghadapi kezaliman.
Jika disepakati bahwa budaya itu
spesifik manusiawi, maka pengaruh ideologi, pandangan hidup, sikap hidup, , dan
cara berpikir pelaku atau peletak budaya itu menjadi nilai dasar dari bentuk
budaya tersebut.
Dengan demikian seseorang yang
memiliki keshalehan individual dan keshalehan sosial dalam dirinya, tentu akan
melahirkan jenis budaya yang juga beroreintasi memudahkan jalan orang lain atau
masyarakat untuk menjadi shaleh (al Khair al Ummah). Seseorang yang berlatar
belakang ideologi komunis atau kapitalis, misalnya, tentu juga akan menampilkan
bentuk budaya dengan orientasi dan cara berpikir ideology dimasud dalam
membangun tatanan masyarakatnya. Terkait dengan fungsi dakwah dalam tatatan
budaya masyarakat (transhistoris), Muhammadiyah mengedepakan dua fungsi dakwah,
yaitu FUNGSI KERISALAHAN dan FUNGSI KERAHMATAN.
Fungsi Kerisalahan adalah berarti
meneruskan tugas Rasulullah SAW (Q.S. Al Maidah ayat 67) menyampaikan Dinul
Islam kepada Seluruh Ummat Manusia (Ali Imran 104, 110 dan114). Dakwah dalam
konteks ini adalah suatu proses alih nilai (transfer of value) yang
dikembangkan dlm. rangka perubahan tingkah laku, termasuk tingkah laku budaya.
Misalanya dari prilaku budaya TBC menjadi prilaku budaya bertauhid.
Fungsi Kerahmatan adalah berarti
upaya menjadikan (mengejawantah, mengaktualkan, mengoperasionalkan) Islam
sebagai rahmat (pensejahtera, pembahagia, pemecahpersoalan) bagi seluruh
manusia (Q.S.Al Anbiyah 107) . Dakwah pada tataran fungsi ini adalah upaya
menjadikan Islam sebagai sumber konsep bagi manusia dalam meniti kehidupannya
didunia. Usha menterjemahkan nilai-nilai normatif Islam menjadi konsep-konsep
yang operasional di berbagai aspek kehidupan manusia. Termasuk juga
implementasi konsep-konsep tersebut dalam kehidupan aktual manusia, baik
individu, keluarga, dan masyarakat.
Setiap muslim dalam pandangan
konsepsi Dakwah Islam, adalah Da’i (para penyeru perubahan) dalam budayanya
masing-masing, oleh sebab itu selayaknya seorang muslim itu mengakrualisasikan
fungsi dakwah tersebut di atas, untuk membangun budaya yang beradab,
mencerahkan, berkemajuan, dan dan diridhoi oleh Allah SWT. Allahu ‘alam
bishshawwab. Bentuk dakwah yang efektif adalah dengan memberikan contoh teladan
(dakwah bilhal), karena sasaran akan lebih mudah dan lebih cepat
menyerap nilai – nilai Islam melalui contoh konkret Keberhasilan dakwah akan
berbanding lurus dengan keikhlasan pendakwah dalam menyampaikan dakwahnya,
pengorbanannya (materi, tenaga dan waktu) dalam berdakwah Betapa besar peranan
inovasi di dalam dunia modern, menuni peran dan fungsi pendidikan yang luar
biasa untuk melahirkan manusia-manusia yang inovatif.
Fokus
Konsep fokus. Konsep ini menyatakan
adanya kecenderungan di dalam kebudayaan ke arah kompleksitas. Berbagai
kekebudayaan memberikan penekanan kepada suatu aspek tertentu misalnya kepada
aspek teknologi, aspek kesenian seperti daiam kebudayaan Bali, aspek
perdagangan, dan sebagainya. Teknologi menyingkirkaan budaya-budaya yang ada.
Seperti di Indonesia, Dunia Barat
yang telah lama memberikan fokus kepada kemampuan akal, menekankan kepada
pembentukan intel tualisme di dalam sistem pendidikannya. Dengan demikian aspek
aspek kebudayaan yang lain seperti nilai-nilai moral, lembaga-lembaga budaya
yang primer seperti keluarga, cenderung mulai diabaikan Ikatan dalam lembaga
keluarga mulai longgar, peraturan-peraturan: seks mulai dilanggar dengan adanya
kebebasan seks dan kebebasan pergaulan. Sistem pendidikannya dengan demikian
telah terpisah atau teralienasi dari totalitas kebudayaan. Pendidikan dapat
memainkan peranan penting di dalam terjadinya proses perubahan yang sangat
mendasar tersebut tetapi juga yang dapat menghancurkan kebudayaan itu sendiri.
Krisis
Timbul krisis yang menjurus kepada
hancurnya sendi-sendi kehidupan orisinil. Lihat saja kepada krisis moral yang
terjadi pada generasi muda yang, diakihatkan oleh masuknya nilai-nilai budaya
Barat yang belum serasi dengan kehidupan budaya yang ada. Keluarga mengalami
krisis. peranan orang tua dan pemimpin mengalami krisis. Krisis kebudayaan
tersebut akan lebih cepat dan intens di dalam era kornunikasi yang pesat.
Krisis dapat menyebabkan dis-organisasi sosial misalnya
dalam gerakan reformasi total kehidupan. Bangsa Indonesia dewasa ini di dalam
memasuki era reformasi mcnghadapi suatu era yang kritis karena masyarakat
mengalarni krisis kebudayaan. Apabila gerakan reformasi tidak diarahkan scbagai
suatu gerakan moral maka gerakan tersebut akan kehilangan arah. Gerakan
reformasi akan menyebabkan krisis sosial, krisis ekonomi dan berbagai jenis
krisis lainnya. Oleh sebab itu gerakan reformasi total dewasa ini perlu
diarahkan dan dibimbing oleh nilai-nilai moral yang hidup di dalam- kebudayaan
bangsa Indonesia. Peranan pendidikan sangat menentukan karena pendidikan yang
didasarkan kepada nilai-nilai moral bangsa dalam jangka panjang akan
mernantapkan arah jalannya reformasi tersebut. Dalam jangka panjang pendidikan
akan menentukan pencapaian tujuan dari reformasi itu.
Visi masa depan
Tanpa visi yang jelas yaitu visi
yang berdasarkar nila:-nilai yang hidup di dalam kebudayaan bangsa Indonesia,
akat stilit untuk menentukan arah perkembangan masyarakat dan bangsa kita ke
masa depan, atau pilihan lain ialah tinggal mengadopsi saja apa yang disebut
budaya global. Mangadopsi budaya global tanpa dasar yang-kuat berarti manusia
Indonesia akat kehilangan identitasnya. Di sinilah letak peranan pendidikan
nasiona untuk meletakkan dasar-dasar yang kuat dari nilai-nilai budaya yan
hidup di dalam masyarakat Indonesia yang akan dijadikan fondasi untuk
mernbentuk budaya masa depan yang lebih jelas dan terarah.
KESIMPULAN
Dakwah
dalam masyarakat modern multikultural, harus selalu berisi rumusan ulang
masalah SARA, dan memperbaiki cara pandang umat karena jika tidak maka konflik
antar budaya mulai terulang lagi. Kebijakan multibudaya perlu ditanamkan dan
dikembangkan sebagai hal yang harus dihadapi bersama. Pendidikan multi budaya
dapat menciptakan SDM yang unggul yang mampu bergaul dan dapat mensukseskan
pembangunan dunia Internasional. Dakwah melalui tatap muka, media cetak, radio,
televisi, dan media online dengan menghadirkan dakwah in action. Tujuannya
membendung kekufuran, mengembangkan sosial budaya yang islami melalui semua
aspek kehidupan.
Maka akibat dakwah yang dilakukan
akan menjadikan DeStandarisasi keanekaragaman materi dakwah, Hidup sehat dari
Lingkungan belum sehat, Sadar Hukum mengurangi yang masih melecehkan
hukum, Sadar untuk tidak korupsi, para koruptor masih juga melecehkan hukum
yang ada, karena hukum di negara kita lemah jadi orang tidak jera untuk tetap
korupsi
0 komentar:
Posting Komentar